Prinsip Dasar Akuntansi

Prinsip dasar akuntansi merupakan pondasi bagi seorang akuntan, sudah jelas bahwa prinsip akuntansi ini perlu dipahami dan diaplikasikan dalam menyusun laporan keuangan. Bagi kalian mahasiswa yang sedang dalam proses belajar, beruntung kalian memiliki kesadaran untuk memahami prinsip dasar ini, karena diluar sana banyak juga akuntan yang sering tidak memahami prinsip ini, mereka hanya menghafal tanpa pemahaman yang cukup.
Penting ya mempelajari prinsip dasar seperti ini? Ya penting dong, kalian mungkin bisa memperlakukan transaksi umum yang pernah dipelajari dengan tepat, seperti transaksi penjualan, pembelian, utang piutang, dan lain-lain, tapi bagaimana jika ada transaksi yang benar-benar baru dalam dunia akuntansi? Karena itulah sekiranya penting untuk mempelajari prinsip dasar akuntansi ini.
Nah, apa saja sih prinsip dasar akuntansi tersebut? Berikut list dan penjelasannya:
1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal dan biaya. Apa yang dimaksud dengan biaya historis? Biaya historis merupakan harga perolehan, harga perolehan sendiri merupakan harga pertukaran yang disepakati oleh dua atau lebih pihak dalam penyerahan barang atau jasa, kasarnya ya harga jual/beli. Jadi dalam prinsip ini, diwajibkan bagi akuntan untuk mencatat transaksi berdasarkan biaya historisnya.
Apa saja transaksi yang dicatat berdasarkan biaya historisnya? Semua transaksiyang mempengaruhi aktiva, kewajiban, maupun modal serta biaya lainnya, dalam neraca pencatatan aktiva dan passiva tersebut juga wajib berdasarkan biaya historisnya.
Sebagai contoh, bulan januari lalu perusahaan menjual barang dagang seharga 100 juta secara kredit, pada awal bulan februari perusahaan menaikkan harga barang dagangnya, dan pada akhir bulan diterima pembayaran dari hasil penjualan bulan januari. Pertanyaannya, berapa harga yang diakui perusahaan? Ya jelas harga yang diakui bulan januari dong, nah itulah contoh sederhana tentang biaya historis.
 2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Prinsip ini menyangkut cara penentuan pendapatan berkala, yang dapat memenuhi kebutuhan untuk penyusunan laporan keuangan yang tepat pada waktunya. Prinsip Pengakuan Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk mengukur besamya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas.
Istilah pendapatan dalam prinsip ini merupakan istilah yang luas, di mana di dalam pendapatan termasuk pendapatan sewa, laba penjualan aktiva dan lain-lain. Batasan umum yang biasanya digunakan adalah semua perubahan dalam jumlah bersih aktiva selain yang berasal dari pernilik perusahaan.
Biasanya pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang atau jasa. Yaitu saat ada kepastian mengenai besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva yang diterima. Tetapi ketentuan umum ini tidak selalu dapat diterapkan, sehingga timbul beberapa ketentuan lain untuk mengakui pendapatan."
 3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Untuk menyusun laporan keuangan periodik pendapatan yang diperoleh atau terjadi dalam periode akuntansi tertentu harus dipertemukan secara layak dengan biaya-biaya yang terjadi dalam periode akuntansi yang sama. Dalam prinsip ini, seorang akuntan wajib mempertemukan biaya dan pendapatan secara tepat, maksud dari secara tepat adalah mempertemukan biaya yang hanya digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Jadi, jika suatu pendapatan belum diakui maka biayanya pun belum boleh diakui. Sebaliknya, jika pendapatan bisa diakui, maka biayanya juga bisa diakui.
Ingat kembali pengakuan HPP, setiap ada penjualan pasti ada pengakuan HPP, jika menggunakan metode periodik maka akan diakui pada akhir bulan, sedangkan jika menggunakan metode perpetual akan diakui langsung saat terjadinya penjualan. Biaya-biaya yang terkait langsung dengan penciptaan pendapatan ini seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead.
Lalu bagaimana dengan biaya yang secara langsung tidak terkait dengan pendapatan, seperti biaya administrasi? Nah, disini perlu dipahami bahwa prinsip mempertemukan itu tidak hanya antara biaya dan pendapatan saja. Jadi, ketika ada biaya yang secara langsung tidak bisa dikaitkan dengan pendapatan, maka biaya tersebut harus dipertemukan dengan periodenya. Dengan kata lain, jika biaya terjadi di bulan januari, maka biaya tersebut juga harus dibebankan pada bulan januari pula.
Begitu pula dengan semua biaya dan pendapatan yang memiliki jangka waktu lama, seperti penyusutan, amortisasi, sewa dibayar dimuka, dan lain-lain, biaya-biaya tersebut perlu dialokasikan setiap periodenya.
4. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsistendari tahun ke tahun. Di dalam dunia akuntansi, konsistensi adalah suatu keharusan. Konsistensi yang dimaksud dalam prinsip dasar akuntansi ini adalah konsistensi dalam penerapan metode dan prosedur akuntansi yang digunakan. Ini dimaksudkan agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan dengan periode sebelum-sebelumnya.
Jika penerapan metode dan prosedur akuntansi dilakukan secara konsisten, maka jika terjadi perbedaan antar periode bisa dipastikan bahwa perbedaan tersebut bukan disebabkan oleh inkonsistensi metode dan prosedur yang digunakan tersebut, dengan begitu laporan keuangan dapat memberikan nilai yang signifikan kepada para pemakai.
Tapi perlu diingat, walaupun prinsip konsistensi ini wajib dijalankan, bukan berarti kita tidak boleh merubah metode dan prosedur akuntansi. Dalam hal tertentu, kita boleh merubahnya, misalkan pergantian model bisnis, perubahan iklim bisnis, perubahan peraturan pemerintah, dan lain-lain, namun perubahan ini wajib secara jelas diungkapkan dalam laporan keuangan yang bersangkutan . Yang tidak boleh itu kalau kita setiap periode selalu berubah-ubah tanpa alasan yang tepat dan jelas.
5. Prinsip pengungkapan penuh (Full Disclosure Principle)
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Dalam prinsip ini, seorang akuntan wajib mengungkapkan semua kejadian ekonomi perusahaan dalam laporan keuangan, termasuk juga metode dan prosedur apa yang dipakai juga wajib diungkapkan. Informasi-informasi ekonomi yang perlu dicantumkan ini bisa dicatatkan pada salah satu laporan keuangan, yaitu Catatan Atas Laporan Keuangan.
----
Demikian penjelasan tentang 5 prinsip dasar akuntansi, semoga penjelasan di atas bermanfaat dan membantu meningkatkan pemahaman kalian. Jangan lupa share artikel ini juga ya, thanks dan salam sukses.


EmoticonEmoticon