Aktiva yang Didepresiasi atau Aktiva Tetap (Tangible assets) dan Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1   Latar Belakang

            Pelaporan keuangan di Indonesia saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi semua entitas, tak terkecuali entitas nirlaba. Pada perusahaan terbuka atau perusahaan yang mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan keuangan menjadi suatu alat yang digunakan investor untuk mengambil keputusan penting terhadap sebuah perusahaan, misalnya tentang pembagian deviden, potensi meningkatnya valuasi saham yang dimiliki investor dan adanya potensi pertumbuhan berkesinambungan yang positif dari perusahaan tersebut.

            Potensi ekonomi di Indonesia yang cukup besar serta mulai tingginya minat investor asing untuk menanamkan dananya di Indonesia mengisyaratkan adanya penyesuaian terhadap pelaporan keuangan yang ada di Indonesia, apalagi saat ini sudah banyak Negara yang menerapkan IFRS (International Financial Reporting Standard), sehingga IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) perlu melakukan penyesuaian PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) menuju IFRS.

            Hampir semua isi dalam pernyataan mengenai laporan posisi keuangan  di PSAK No 1 Revisi 2009 tentang Penyajian Laporan Keuangan meyesuaikan dengan IAS (International Accounting Standard) 1 tentang Presentation of Financial Statements per 1 Januari 2009. Perubahan istilah pun banyak terjadi, misalnya perubahan istilahkewajibanmenjadiliabilitas”, istilahlaporan neracamenjadilaporan posisi keuangan” dan lain-lain. Diharapkan laporan posisi keuangan dapat menyajikan informasi yang semakin akurat dan relevan untuk para pengguna laporan laporan keuangan di Indonesia.

           Kebutuhan akan suatu informasi keuangan dalam sebuah perusahaan adalah suatu hal yang sangat penting. Informasi keuangan akan memberikan keputusan perusahaan untuk dapat melakukan tindakan atas kemajuan perusahaan. Beberapa informasi keuangan tersebut juga akan memberikan peluang perusahaan untuk mengantisipasi kerugian yang timbul akibat produksi, sehingga laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan dan beberapa orang yang di luar perusahaan.

Di suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi, yaitu laba atau rugi. Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan usaha dan beban usaha untuk satu periode akuntansi tertentu. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259).

    Pada tahun 2011,  komponen laporan keuangan mengalami sedikit perubahan. Perubahan tersebut antara lain, terlihat dalam laporan laba rugi menjadi laporan laba rugi komprehensif. Pendapatan komprehensif ini berisi perubahan-perubahan karena penggunaan model nilai wajar, pos-pos dalam pendapatan komprehensif lain mencakup keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi. Laporan laba rugi komprehensif tidak hanya mencakup keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi, tetapi juga mencakup keuntungan atau kerugian yang telah direalisasi.  Bagian yang menyajikan keuntungan atau kerugian  yang telah direalisasi disebut sebagai laporan laba rugi, sedangkan bagian yang menyajikan keuntungan atau kerugian  yang belum direalisasi disebut sebagai bagian pendapatan komprehensif lain.

1.2   Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :

Ø  Neraca

v Apa Pengertian dari Aktiva yang didepresiasi atau dideplesi (tangible assets) dan Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets) ?

v Bagaimana penggolongan dan klasifikasi dari aktiva tetap?

v Apa perbedaan antara aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud?

v Apa definisi dari Hutang ?

v Apa yang dimaksud Pengakuan &Pengukuran Hutang serta Ekuitas Pemilik ?

Ø  Laporan Laba Rugi

v Apa Definisi Laba Rugi ?

v Bagaimana Penyajian Laba Rugi ?

v Apa yang dimaksud Current Operating Versus All Inclusive Income ?

v Apa pengertian dari Pendapatan (Revenue) dan Keuntungan (Gains) serta Pengakuan Pendapatan ?

1.3   Tujuan

1.       Mengetahui pengertian dari Aktiva yang didepresiasi atau dideplesi (tangible assets) dan Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets) .

2.       Mengetahui bagaimana penggolongan dan klasifikasi dari aktiva tetap.

3.       Mengetahui perbedaan antara aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud.

4.       Mengetahui definisi dari Hutang .

5.       Mengetahui pengertian Pengakuan &Pengukuran Hutang serta Ekuitas Pemilik .

  1. Mengetahui Definisi Laba Rugi .
  2. Mengetahui bagaimana Penyajian Laba Rugi .
  3. Mengetahui yang dimaksud Current Operating Versus All Inclusive Income .
  4. Mengetahui pengertian dari Pendapatan (Revenue) dan Keuntungan (Gains) serta Pengakuan Pendapatan .

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1   Aktiva yang didepresiasi atau dideplesi (tangible assets) dan Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)

PENGERTIAN AKTIVA

Aktiva ialah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak berwujud, serta pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang. Pengertian aktiva menurut beberapa orang ahli sebagai berikut :

a.         Menurut Dra. Lanita Winata, Akuntan (1994, hal 55) menjelaskan :

“Aktiva ialah Sejumlah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatau perusahaan berupa uang, barang dan hak yang timbul dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang”.

b.         Menurut Standar Akuntansi Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2002, hal 13, paragraf 49) menjelaskan : “Aktiva ialah Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh perusahaan”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, Aktiva ialah Kekayaan atau sumber-sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan diharapkan akan memberi manfaat di masa depan.

Aktiva Lancar ialah aktiva yang berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang pendek. Yang termasuk dalam aktiva lancar ialah :

a)         Kas, uang tunai untuk membiayai operasional perusahaan.

b)        Investasi jangka pendek, investasi yang sifatnya sementara hanya untuk memanfaatkan uang yang belum dibutuhkan dalam operasi.

c)         Piutang wesel, tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam perjanjian yang diatur dalam undang-undang.

d)        Piutang dagang, tagihan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan barang dagangan secara kredit.

e)         Persediaan, baik persediaan barang mentah, barang dalam proses maupun barang jadi.

f)         Piutang penghasilan, penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan tetapi belum diterima pembayarannya.

g)        Persekot/uang muka/biaya dibayar di muka, pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain. Pengeluaran itu belum menjadi biaya periode sekarang melainkan pada periode berikutnya.

Aktiva tidak lancar ialah aktiva yang tidak berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang panjang.Yang termasuk aktiva tidak lancar ialah:

a)         Investasi jangka panjang, investasi ini dilakukan jika perusahaan mempunyai kekayaan lebih dari yang dibutuhkan.

b)        Aktiva tetap, kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan berperan dalam operasi perusahaan secara permanen, selain itu juga mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan perusahaan.

c)         Aktiva tetap tidak berwujud, kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak tampak tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.

d)        Beban yang ditangguhkan, transaksi yang menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang.

e)         Aktiva lain-lain, item ini menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikas-klasifikasi yang telah diuraikan sebelumnya.

 

PENGERTIAN AKTIVA TETAP

 

Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut. Pengertian aktiva tetap berwujud dikemukakan oleh beberapa orang ahli sebagai berikut :

a.         Menurut Zaki Baridwan (1992, hal 271) menjelaskan : “Aktiva tetap berwujud yang sifatnya relatif permanen (menunjukkan sifat bahwa aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama) yang digunakan dalam kegiatan perusahaan”.

b.         Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002, Nomor 16.2 Paragraf 05) “Aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud yang digunakan dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.

c.         Dari definisi diatas dapat disimpulkan sifat-sifat tetap berwujud digunakan dalam operasional perusahaan, tidak untuk diperdagangkan, umur ekonomi lebih dari satu tahun yang sifatnya relatif tetap atau permanen dan berwujud fisik artinya dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera.

SIFAT AKTIVA TETAP

Meskipun semua aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang umum, aktiva tetap memiliki ciri-ciri tambahan sebagai berikut :

1.         Aktiva tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar/mempermudah produksi barang-barang lain atau untuk menyediakan jasa-jasa bagi perusahaan atau para pelanggannya dalam kegiatan normal perusahaan.

2.         Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir usianya harus dibuang atau diganti.

3.         Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak - hak yang sah atas penggunanya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak.

4.         Aktiva tetap seluruhnya nonmoneter : manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang tertentu.

5.         Pada umumnya jasa yang diterima dari ativa tetap meliputi suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Akan tetapi terdapat terkecualian. Misalnya suatu bangunan atau peralatan tidak klasifikasikan kembali sebagai aktiva lancar bilamana sisa manfaatnya kurang dari satu tahun. Dalam beberapa kasus seperti halnya,beberapa unsur memiliki usia asli yang lebih pendek dari pada satu siklus operasi perusahaan.

6.         Unsur-unsur aktiva tetap mempunyai ciri umum dan memiliki beberapa tujuan pelaporan keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini di dasarkan kepada keseragaman mereka dalam proses akuntansi. Aktiva tetap dimiliki untuk mendapatkan jasa-jasanya di masa mendatang : karena itu aktiva tetap dibebankan sebagai biaya usia manfaatnya dengan cara yang sama seperti biaya di bayar dimuka (prepaid expense). Perbedaan pokok antara biaya dibayar dimuka dan aktiva tetap terletak pada usia aktiva tersebut. Biaya dibayar dimuka biasanya di bebankan sebagai ongkos selama siklus kegiatan berjalan atau satu tahun,tergantung mana yang lebih lama,sedangkan aktiva tetap di bebankan sebagai biaya selama satu periode yang lebih panjang. Tetapi jika keseragaman dalam proses akuntansi itu di anggap sebagai tujuan utama klasifikasi maka pos-pos tidak berwujud yang usianya terbatas mungkin harus di sertakan pula di dalamnya tetapi klasifikasi menurut proses akuntansi bukanlah tujuan yang relevan.

7.         Tujuan kedua dalam penguraian dan pengukuran pos-pos aktiva tetap adalah memberikan indikasi jumlah fisik atau kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan dan juga beberapa petunjuk mengenai usia relatifnya serta taksiran masa pakainya yang akan datang. Semua informasi itu tidak mungkin terpenuhi dengan sejumlah angkadalam rupiah. Namun demikian untuk aktiva atau aktiva tertentu mungkin lebih relevan jika digunakan basis penilaian input daripada nilai likuidasinya : dan suatu penilaian yang di dasarkan pada tafsiran nilai barang atau jasa atau arus kas di masa mendatang tidak mungkin di pergunakan sebagai pengukur baik secara teoritis maupun praktis. Suatu jumlah akumulasi penyusutan yang di kurangkan dari suatu nilai input tidak dapat menghasilkan gambaran yang cukup tentang kondisi atau usia relatif aktiva tetap tersebut.

8.         Tujuan ketiga adalah tujuan yang penting dari klasifikasi dan penilaian aktiva tetap untuk menyajikan suatu gambaran mengenai kegiatan suatu perusahaan sebagaimana pengelompokkan moneter dan aktiva lancar menunjukkan informasi mengenai kegiatan perusahaan, demikian pula halnya dengan pengelompokkan investasi dalam pos-pos modal. Jumlah relatif modal yang di tanamkan dalam aktiva tetap merupakan informasi yang relevan bagi penanam modal dan para kreditur, karena hal itu mungkin dapat menambah informasi untuk membantu meramal arus kas di masa depan dan memberikan petunjuk mengenai periode sebelum perusahaan berkesempatan menanamkan kembali sumber dayanya untuk penggunaan yang sama atau penggunaan lainnya tanpa adanya keharusan likuidasi (forced liquidation). Dalam perusaan Public Utility (pelayanan umum seperti PLN, TELKOM, GAS, dll) dan dalam berbagai perusahaan jasa lainnya, jumlah yang ditanamkan sebagai pos-pos modal jangka panjang merupakan kelompok terpenting sebagai sumber daya penghasilan di masa mendatang. Karena alasan inilah maka sebagian besar public utility menyajikan pos-pos aktiva tetap pada bagian pertama dalam neraca, mendahului aktiva lancar.

9.         Pos-pos aktiva tetap nonoperasional biasanya disajikan di neraca dalam kelompok yang terpisah, meskipun masalah penilaian dan penyusutanya sama dengan aktiva tetap operasi. Karena itu sebagian besar uraian berikut akan dikaitkan baik dengan unsur-unsur aktiva tetap operasional maupun non operasional.

PENGGOLONGAN AKTIVA TETAP

1. AKTIVA TETAP BERWUJUD

Adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Akitiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dapat alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akutansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut :

a)         Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan.

b)        Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bias diganti dengan aktiva yang sejenis.

c)         Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis.

Klasifikasi Aktiva Tetap Berdasarkan Jenis

Aktiva tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:

1.       Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung perusahaan.

2.       Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun oleh perusahaan, tempat parkir, dan pagar.

3.       Gedung, seperti kantor, toko, pabrik, dan gudang.

4.        Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan mebel.

       Sudut Substansi

Aktiva tetap dapat dibagi:

1.       Tangible Assets atau Aktiva berwujud seperti Lahan, Mesin, Gedung dan Peralatan.

2.       Intangible Assets atau Aktiva yang tidak berwujud seperti HGU, HGB, Goodwill, Patents, Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain.

Sudut Disusutkan Atau Tidak

1.       Depreciated Plant asset yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin), Inventaris dan lain-lain.

2.       Undepreciated Plant Asset yaitu aktiva yang tidak dapat disusutkan seperti Land (Lahan).

 

2. AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD

Aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya – biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri ,maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum. Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:

1.       Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis, merek dagang, dan nama dagang.

2.       Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.

3.       Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan lease.

Ciri- ciri aktiva tetap tidak berwujud :

1.       Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari BPR dan dapat dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama.

2.       Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari BPR atau dari hak dan kewajiban lainnya.

3.       Aset Tidak Berwujud dapat diperoleh secara eksternal melalui perolehan secara terpisah dan pertukaran aset, atau dihasilkan secara internal.

4.       Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Sedangkan biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud, kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.

AKTIVA TETAP BERWUJUD (PEROLEHAN, PENYUSUTAN DAN PELAPORAN)

Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan disebut aktiva atau harta  ( assets ). Aktiva menunjukan bentuk kekayaan yang dimiliki perusahaan yang merupalan sumber daya (resources) bagi perusahaan untuk melakukan usaha.  Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan .Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Neraca adalah laporan keuangan yang dapat memberi informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan posisi keuangan perusahaan yang didalamnya terdiri dari tiga komponen penting yaitu aktiva, kewajiban dan modal. Aktiva dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.

Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah aktiva yang jangka waktu pemakaiannya lama digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar. Aktiva ini digolongkan menjadi aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets ) dan aktiva tidak berwujud ( intangible assets ). Tidak ada criteria standar mengenai jangka waktu pemakaian minimal untuk membedakan aktiva tetap dengan aktiva lainnya. Walaupun demikian, pemakaian lebih dari satu tahun, pada umumnya digunakan sebagai pedoman. Kriteria lain adalah aktiva tersebut harus dipakai dalam kegiatan perusahaan dan tidak untuk dijual kembali. Hanya aktiva yang nilainya tinggi saja yang biasanya dikelompokan sebagai aktiva tetap.

Harga Perolehan

Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba ditempat dan siap dipakai harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aktiva yang bersangkutan. Contoh : apabila perusahaan membeli sebuah tanah dengan harga Rp.20.000.000 dan untuk biaya notarisnya Rp.400.000, biaya balik nama sebesar Rp.300.000 dan komisi kepada makelar Rp.200.000 maka harga perolehan dari tanah tersebut adalah Rp.20.900.000.

 

Perolehan Dengan Angsuran

Ada kalanya aktiva tetap dibeli secara angsuran. Dalam hal demikian kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam sekian kali angsuran dan terhadap saldo yang belum dibayar dikenakan bunga. Sebagai contoh  perusahaan membeli tanah dengan harga Rp .50.000.000 dengan 25 kali angsuran bulanan terhadap saldo yang belum dibayar, dan dikenakan bunga 12% setahun. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :

(D) Tanah                                      50.000.000

(K) Hutang angsuran                                  50.000.000

 

Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung sebagai berikut:     

            Angsuran bulanan Rp50.000.000 : 25 =                     Rp.2.000.000

           Bunga selama sebulan yang belum dibayar

            1/12 x 12%  x Rp.50.000.000 =                                        500.000

            Jumlah yang harus dibayar                                       Rp.2.500.000

 

Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pembayaran ini :

(D) Hutang angsuran                                  2.000.000

(D) Biaya bunga                                            500.000

(K)       Bank                                                                                  2.500.000

 

Angsuran kedua terdiri dari hutang pokok bulanan sebesar Rp 2.000.000 dan sisa hutang Rp 48.000.000. Bunga yang dibebankan 1/12 x 12% x Rp.48.000.000 = Rp.480.000. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :

            (D) Hutang angsuran                       2.000.000

            (D) Biaya bunga                                  480.000

            (K)     Bank                                                          2.480.000

proses perhitungan, pembayaran dan pencatatan angsuran seperti tersebut akan berulang setiap bulan sekali samapai semua hutang angsuran telah dibayar.

 

 

Penyusutan

Semua jenis aktiva tetap kecuali tanah, akan semakin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan dan hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud ini disebut penyusutan ( depreciation) . Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penyusutan dalah debit biaya penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan. Perkiraan akumulasi penyusutan digunakan untuk mencatat secara akumulatif jumlah penyusutan yang telah dilakukan .Selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan yang belum disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku ( book value) aktiva tetap.

Metode Penyusutan

Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan yaitu nilai aktiva tetap yang digunakan dalam penghitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat. Dasar penyusutan dapat berupa : harga perolehan dan nilai buku. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif  penyusutan dan dapat dihitung dengan rumus :

a.       Metode garis lurus ( Straight line ), biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu ,dalam jumlah yang sama,sepanjang masa manfaat aktiva tetap.

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan

                   Dasar penyusutan = Harga perolehan – nilai sisa

Contoh :

 tarif penyusutan dengan taksiran manfaat 5 tahun , maka tarifnya 100% : 5 = 20 %

harga kendaraan Rp 12.500.000 ,nilai sisa diperkirakan Rp 1.550.000 ,maka biaya penyusutannya = 20% (Rp.12.500.000 – Rp.1550.000) = Rp.2.190.000

 

Th

Harga

Perolehan

Biaya

Penyusutan

Ak.

penyusutan

Nilai buku

1

Rp.12.500.000

Rp.2.190.000

Rp.2.190.000

Rp.10.310.000

2

Rp.12.500.000

Rp.2.190.000

Rp.4.380.000

Rp. 8.120.000

3

Rp.12.500.000

Rp.2.190.000

Rp.6.570.000

Rp. 5.930.000

4

Rp.12.500.000

Rp.2.190.000

Rp.8.760.000

Rp. 3.740.000

5

Rp.12.500.000

Rp.2.190.000

Rp.10.950.000

Rp. 1.550.000

 

b.       Metode saldo menurun ( Declining balance ), biaya penyusutan akan merata sepanjang umur aktiva tetap dan biaya penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun selama taksiran masa manfaat dikarenakan semakin tua, kapasitas aktiva dalam memberikan jasanya juga akan semakin menurun.     

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan

Dasar penyusutan = Nilai buku awal periode

c.       Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan jadwal penyusutan yang sama dengan metode saldo menurun. Jumlah penyusutan akan makin menurun dari tahun ke tahun. Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan

Dasar penyusutan = Harga perolehan – nilai sisa

d.       Metode unit produksi,dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan.Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian atau unit unit kegiatan yang lain. Harga perolehan dikurangi nilai sisa merupakan dasar penyusutan.

Penilaian dan pelaporan

Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya, maka aktiva tersebut dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicata sebagai kerugian. Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya, seperti tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan dan lain-lain. Contoh penyajian kelompok aktiva tetap di neraca apabila akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

            Aktiva tetap :

                        Peralatan kantor                      Rp. 30.000.000

                        Peralatan toko                                50.000.000

                        Kendaraan                                      25.000.000

                        Gedung                                         105.000.000

                        Tanah                                              20.000.000 +

                                                                       Rp. 230.000.000          

                        Akumulasi penyusutan             (     52.500.000 )

                        Total aktiva tetap,neto            Rp. 177.500.000

         

Buku Aktiva Tetap

Perkiraan aktiva tetap dibuku besar perlu dibuatkan rinciannya dalam buku aktiva tetap (fixed assets subsidiary ledger). Buku tambahan ini merinci aktiva tetap dibuku besar menurut jenisnya.

 

AKTIVA TETAP BERWUJUD ( PENARIKAN )

Penjualan      

Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan (retirements) dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aktiva lain atau dibuang begitu saja (dihapuskan). Ayat jurnal yang harus dibuat untuk ketiga macam transaksi tersebut sedikit berbeda, namun yang pasti, nilai buku aktiva yang bersangkutan harus dikeluarkan dari pembukuan. Hal ini dilakukan dengan mengkredit harga perolehan dan mendebit akumulasi penyusutannya. Suatu aktiva tetap tidak boleh dikeluarkan dari pembukuan hanya karena telah habis disusutkan. Harga perolehan maupun akumulasi penyusutan aktiva tetap yang telah habis disusutkan tetap disajikan, walaupun kalau dinettokan, nilai bukunya sama dengan nol.

Apabila suatu aktiva tetap dijual, niai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Nilai buku ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian karena penjualan aktiva tetap.

Penukaran

Suatu aktiva tetap yang sudah berkurang manfaatnya, dapat ditukarkan dengan yang lain. Penukaran aktiva teatp dapat dilakukan dengan aktiva sejenis ( misalnya mobil dengan mobil ) atau dapat juga dengan tidak sejenis ( misalnya mobil dengan mesin ). Dalam penukaran (trade in) aktiva tetap, terlebih dahulu harus ditentukan nilai tukarnya ( trade in allowance). Selisih antara nilai tukar aktiva lama dengan harga aktiva baru merupakan keuntungan atau kerugian dari penukaran. Apabila nilai tukar lebih besar dari nilai buku, maka memperoleh keuntungan dan sebaliknya jika nilai tukar lebih kecil dari nilai buku maka merupakan kerugian. Ada dua cara pencatatan untuk transaksi penukaran aktiva tetap yaitu :

a.       Untuk penukaran aktiva tidak sejenis ,keuntungan dan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.

b.       Untuk penukaran aktiva sejenis,keuntungan dikurangkan pada harga aktiva baru, sedangkan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.

Penghapusan

Kemungkinan lain bagi aktiva yang sudah tidak bermanfaat adalah dihapuskan. Ini terjadi kalau aktiva tetap tidak dapat dijual atau ditukarkan. Apabila aktiva belum disusutkan penuh, maka akibat penghapusan ini adalah terjadinya kerugian sebesar nilai buku. Seperti halnya kerugian dari penjualan aktiva tetap kerugian karena penghapusan aktiva juga dilaporkan sebagai biaya lain-lain. Adakalanya penghapusan aktiva tetap dilakukan karena kejadian – kejadian yang tidak diharapkan seperti kebakaran. Untuk menggambarkan kejadian ini, anggaplah bahwa mobil yang dibeli pada tanggal 2 januari 199 AA dengan harga Rp. 10.000.000, pada tanggal 1 Juli 199 B mengalami tabrakan berat dan tidak dapat dipakai lagi. Ganti rugi yang diterima dari perusahaan asuransi adalah Rp. 8.000.000. Ayat jurnal yang sesuai yaitu :

         1. (D)Biaya penyusutan                            1.000.000

(K)       Akumulasi penyusutan                          1.000.000

           

            (D)Akumulasi penyusutan                         7.000.000

2. (D)Kerugaian karena penghapusan a.t     3.000.000

(K)       Kendaraan                                             10.000.000

 

 

                  3. (D) Piutang klaim asuransi                              8.000.000

(K)       Pendapatan klaim asuransi                       8.000.000

 

Ayat jurnal (1) adalah ayat jurnal untuk mencatat penyusutan dari tanggal 1 Januari 199 A sampai dengan 1 Juli 199 B yang belum dicatat. Ayat jurnal (2) mencatat penghapusan aktiva tetap, sedang ayat jurnal (3) mencatat klaim asuransi yang akan diterima.

Aktiva Tetap Bernilai Kecil

Salah satu kriteria untuk dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap adalah nilainya yang besar. Aktiva tetap yang nilai per unitnya kecil, dapat langsung dibebankan sebagai biaya pada saat perolehan. Manajemen perusahaan perlu menetapkan atau untuk pengeluaran yang harus dikapitalisir sebagai aktiva tetap dan pengeluaran yang harus dibebankan sebagai biaya. Apabila pengeluaran untuk aktiva – aktiva tetap yang nilainya kecil misalnya suku cadang, dikapitalisir, maka pencatatannya dapat dikelompokan menjadi satu. Penyusutan secara regular tidak dihitung. Pembebanan ke biaya dilakukan dengan menghitung secara phisik aktiva tetap yang masih tersisa. Harga perolehan aktiva yang masih ada ditaksir kemudian selisih antara saldo menurut perkiraan dengan nilai taksiran dibebankan ke perkiraan biaya.

Pengeluaran modal

Pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap seperti biaya pemeliharaan (maintenance), penambahan (additions), penggantian (replacement) atau perbaikan (repairs) dapat dikategorikanmenjadi pengeluaran modal (capital expenditures) and pengeluaran pendapatan ( renevue expenditures). Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir ).  Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akutansi termasuk dalam kategori ini. Misalnya, penambahan satu unit AC dalam sebuah mobil merupakan pengeluaran modal. Demikian juga halnya dengan pengeluaran – pengeluaran yang menambah efisiensi memperpanjang umur aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi. Pengeluaran modal dicatat sebagai debit pada perkiraan : aktiva ataupun akumulasi penyusutan. Pengeluaran – pengeluaran untuk penambahan dan penggantian, pada umumnya dicatat dalam perkiraan aktiva sedangkan untuk perbaikan besar-besaran yang akan memperpanjang umur aktiva dicatat  sebagai debit pada perkiraan akumulasi penyusutan.

Pengeluaran pendapatan

Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan manfaat untuk tahun dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran akan dibebankan sebagai biaya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin merupakan contoh dari jenis pengeluaran ini. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang terjadi agar aktiva tetap selalu berada dalam keadaan baik. Biaya perbaikan adalah biaya-biaya untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik.

PENGELUARAN – PENGELUARAN MODAL DAN PENDAPATAN

Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a)       Pengeluran modal adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akutansi pengeluaran-pengeluaran.

b)      Pengeluran pendapatan adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.

PRINSIP PENILAIAN AKTIVA TETAP BERWUJUD

Adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.

HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP BERWUJUD

Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku prinsip yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Karena jenis aktiva itu macam-macam maka masing-masing jenis mempunyai masalah-masalah khusus yang akan dibicarakan berikut ini :

1.     Tanah

Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti:

a.       Harga beli

b.       Komisi pembelian

c.       Bea balik nama

d.       Biaya penelitian tanah

e.       Iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai Biaya merobohkan bangunan lama

f.        Biaya perataan tanah pembersihan dan pembagian

g.       Pajak-Pajak yang jadi beban pembelian pada waktu pembelian

2.    Bangunan

Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah :

a.       Harga beli

b.      Biaya Perbaikan sebelum gedung itu dipakai

c.       Komisi pembelian

d.      Bea balik nama

e.       Pajak-Pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian

3.    Mesin dan alat-alat

Yang merupakan harga perolehan meisn dan alat-alat adalah

a.       Harga beli

b.       Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli

c.       Biaya angkut

d.       Asuransi selama dalam perjalanan

e.       Biaya pemasangan

f.        Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin

4.     Alat-Alat Kerja

Alat-alat kerja yang dimiliki bias berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan.

5.    Pattern dan dies atau Cetakan-Cetakan

Cetakan-cetakan yang dipakai untuk peroduksi dalam beberapa periode dicatat dalam rekening aktiva tetap dan didepresiasi selam umur ekonomisnya.

6.    Perabotan dan Alat-Alat Kantor

Pembelian atau pembuatan alat-alat harus dipisahkan-pisahkan untuk fungsi-fungsi produksi, penjulaan dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat dibebankan pada maisng-masing fungsi tersebut.

7.    Kendaraan

Seperti halnya perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap fungsi yang berbeda.

8.    Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan

Adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari produk yang dijual.

 

 

CARA – CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan berikut ini akan dibahas tetang harga perolehan.

Pembelian Tunai

Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan.

Pembelian secara gabungan

Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.

Perolehan Melalui Pertukaran

a.       Ditukar dengan Surat-surat Berharga

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau Obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar

b.       Ditukar dengan aktiva tetap yang lain

Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar atau sering disebut “tukar tambah”. Dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru ada dua jenis pertukaran yaitu :

1.       Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis

2.       Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

       Pembelian angsuran

Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga.

Diperoleh dari Hadiah atau Donasi

Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan.

Aktiva yang Dibuat sendiri

Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabotan. Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masih diam.

BIAYA – BIAYA SELAMA MASA PENGGUNAAN AKTIVA

Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dikelompokan menjadi :

1.         Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinya bisa dan jumlahnya cukup besar jika reparasinya besar. Reparasi besar biasanya terjadi setelah beberapa tahan, sehingga dapat dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini akan dirasakan dalam beberapa periode. Oleh karena itu biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya sebagai biaya dilakukan dalam periode-periode yang menerima manfaat.

2.         Penggantian

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama.

3.         Perbaikan

Adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar.

4.         Penambahan

Adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan ruang dalam bangunan ruang parker dan lain-lain.

5.         Penyusunan Kembali aktiva tetap

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan route produksi atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus di kapitalisasi.

MEMBERHENTIAN AKTIVA

Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, maupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakian maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan.

ASURANSI KEBAKARAN

Perusaahan biasanya mengasuransikan harta benda terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena kebakaran. Perjanjian asuransi ini dinyatakan dalam polis. Perusahan asuransi akan mengganti kerugian dalam hal adanya kebakaran, maksimum sebesar jumlah pertanggungan yang dinyatakan dalam polis.

ASURANSI BERSAMA

Syarat asuransi bersama adalah syarat menyatakan bahwa apabila harta benda diasuransikan (dipertanggung jawabkan) dengan jumlah yang lebih rendah dari pada suatu persentase tertentu dari pasar benda tersebut pada saat terjadinya kebakaran, maka perusahan yang mempertanggungkan akan memikul kerugian karena kebakaran sebanding dengan selisih jumlah pertanggungan dengan persentase tertentu dari harga pasar harta tersebut Jumlah kerugian yang akan diganti oleh perusahaan asuransi adalah yang paling rendah dari jumlah berikut :

a.       jumlah yang dibebankan kepada perusahaan asuransi yang dihitung dengan cara asuransi bersama

b.        jumlah pertanggungan dalam polis

c.        jumlah kerugian yang sebenarnya

POLIS GABUNGAN

Apabila perusahaan mengasuransikan beberapa aktiva dalam satu polis, maka polis itu akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah harga pasar aktiva-aktiva tersebut pada saat terjadinya kebakaran.

PENCATATAN ASURANSI KEBAKARAN

Apabila terjadi kebakaran atas harta yang diasuransikan maka langkah-langkah yang dilakukan untuk mengadakan pencatatan akuntansinya adalah sebagai berikut :

a.       Menyusun kembali catatan-catatan yang terbakar

b.      Menyesuaikan buku-buku agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada saat kejadiannya kebakaran

c.       Menentukan nilai buku aktiva yang terbakar

d.      Membebankan nilai buku aktiva yang terbakar dan biaya-biaya yang timbul pada saat kebakaran, ke rekening kerugian kebakaran

e.       Menetukan jumlah yang diterima dari perusahaan asuransi

f.       Rekening kerugian kebakaran dikredit dengan jumlah ini dan jumlah yang diterima dari penjualan aktiva yang terbakar.

g.      Menutup saldo rekening kerugian ke rekening laba rugi. Saldo ini menunjukkan rugi atau laba dari kebakaran.

AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD

Aktiva tak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta, hak merek, biaya riset dan pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.

Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya – biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.

Hak paten adalah hak yang diberikan oleh pemerintah (Direktorat Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas suatu penemuan baru. Hak ini diberikan dalam jangka waktu 17 tahun.

Hak Cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah ( Direktorat Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas karya-karya tulisan dan seni yang dihasilkan. Hak ini diberikan untuk selama penciptanya masih hidup ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia. Hak merek juga dikeluarkan oleh Direktorat Paten. Ketentuan mengenai merek diatur melalui undang-undang No. 21 tahun 1961. Merek menurut ketentuan undang-undang ini adalah tanda yang digunakan untuk membedakan barang-barang produksi atau barang-barang perniagaan seseorang atau perusahaan lain. Biaya yang ditangguhkan adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan dala periode terjadinya karena memberikan manfaat di masa datang misalnya biaya operasi, biaya emisi saham dan biaya pendirian. Biaya pendirian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan usaha mendirikan perusahaan yang termasuk biaya ini adalah biaya untuk memperoleh izin usaha, izin penanaman modal dan lain-lain. Biaya emisi saham adalah biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan penjualan saham kepada masyarakat.

Biaya pra operasi (preoperating cost ) adalah biaya – biaya yang terjadi mulai dari saat mendirikan sampai dengan saat perusahaan menghasilkan pendapatan. Biaya administrasi, umum, penjualan dan produksi, dikapitalisir sebagai biaya pra operasi.

Amortisasi

Pengurangan nilai suatu aktiva tak berwujud yang seara berkala dibebankan sebgai biaya disebut amortisasi (amortization). Amortisasi aktiva tak berwujud pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Dipandang dari sudut kemungkinan amortisasinya, aktiva tak berwujud dapat digolongkan sebagai :

a.       Aktiva tak berwujud yang adanya dibatasi dengan undang-undang, peraturan atau persetujuan, misalnya hak paten, hak cipta dan hak merek.

b.       Aktiva tidak berwujud yang tidak terbatas waktunya dan pada waktu perolehannya tidak ada petunjuk mengenai usianya yang terbatas, misalnya biaya pendirian dan biaya pra operasi.

c.       Harga perolehan aktiva tak berwujud kategori : (a) Diamortisasikan selama jangka waktu yang dinyatakan dalam ketentuan. Bila ternyata jangka waktu kegunaannya lebih lama atau lebih singkat dari perkiraan semula, maka dapat dilakukan koreksi seperlunya. Aktiva yang termasuk dalam kategori (b) Diamortisasikan sesuai pertimbangan perusahaan, asalkan amortisasi tersebut layak dan masuk akal. Amortisasi aktiva tak berwujud dicatat dengan mendebit perkiraan biaya amortisasi dan mengkredit perkiraan akumulasi amortisasi atau langsung ke perkiraan aktiva yang bersangkutan.

Pencatatan 

Anggaplah bahwa untuk memperoleh suatu hak paten, perusahaan telah mengeluarkan uang sebesar Rp.25.000.000. Perolehan ini dicatat sebagai berikut :

 

            (D)  Hak paten                                          25.000.000

            (K)  Bank                                                           25.000.000

 

Anggaplah juga masa manfaat hak paten tersebut adalah 10 tahun. Amortisasi tahunan dari hak paten ini, dengan demikian adalah :

10 % x  Rp.25.000.000 = Rp.2.500.000

Ayat jurnal yang harus dibuat adalah :

            (D)  Biaya amortisasi                              2.500.000

            (K)       Hak paten                                                    2.500.000

 

Untuk menggambarkan pencatatan biaya riset dan pengembangan, anggaplah bahwa suatu perusahaan telah mengeluarkan biaya riset dan pengembangan sebesar Rp.10.000.000 dalam tahun 199 A dan Rp.12.000.000 selama tahun 199 B .Biaya riset dan pengembangan ini merupakan biaya rutin yang selalu dianggarkan oleh perusahaan. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat transaksi yaitu :

199 A

            (D) Biaya riset dan pengembangan        10.000.000

            (K)        Bank                                                         10.000.000

199 B

            (D) Biaya riset dan pengembangan        12.000.000

            (K)        Bank                                                         12.000.000

Apabila riset dan pengembangan tersebut diatas dilakukan untuk suatu produk tertentu yang dapat diidentifikasikan secara spesifik, maka isi debit dari ayat-ayat jurnal diatas diganti dengan pos aktiva : Biaya riset dan pengembangan belum dialokasikan .Apabila, kemudian dapat dipastikan bahwa riset dan pengembangan untuk produk spesifik tadi dinyatakan gagal ayat jurnal berikut yang perlu dibuat :

            (D) Biaya riset dan pengembangan         22.000.000

            (K)       Biaya riset dan pengembangan

                        belum dialokasikan                                             22.000.000

Hak Penguasaan Sumber Alam

Suatu perusahaan mungkin memperoleh hak untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber alam tertentu. Biasanya untuk memperoleh hak eksploitasi sumber-sumber alam tersebut perusahaan harus membayar sejumlah uang. Biaya-biaya untuk memperoleh hak penguasaan sumber-sumber alam dicatat sebagai aktiva tetap dan diamortisasikan.  Seperti halnya aktiva tak berwujud, biaya-biaya sehubungan dengan penguasaan sumber-sumber alam juga akan makin berkurang nilainya yang disebabkan oleh tambangnya sumber tersebut. Pengurangan nilai itu secara berkala dibebankan dalam perhitungan rugi laba, yang dalam hal sumber-sumber alam disebut deplesi. Deplesi pada hakekatnya dapat disamakan dengan penyusutan pada aktiva tetap berwujud dan pada umumnya deplesi dihitung berdasarkan metode unit produksi. Sebagai contoh anggaplah sebuah perusahaan harus membayar Rp 1.000.000.000 untuk mendapatkan hak eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi disuatu daerah. Ayat jurnal yang perlu dibuat yaitu :  

             (D)Hak penguasaan sumber alam       1.000.000.000

             (K)       Bank                                                           1.000.000.000

Anggaplah juga bahwa setelah mengadakan eksplorasi dan pengembangan cadangan minyak yang diperoleh adalah 500.000.000 barel. Selama tahun 199A perusahaan tersebut  memproduksi 60.000.000 barel. Tarif deplesi dihitung sebgai berikut :

            Tarif deplesi =  Rp.500.000.000 x 12 % = Rp. 60.000.000

Biaya deplesi untuk tahun 199A adalah Rp. 120.000.000

(12% x Rp.1.000.000.000) .Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

 

(D) Biaya deplesi                                                          120.000.000

(K)       Hak penguasaan sumber alam                          120.000.000

Aktiva Lain-Lain

Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva lancar investasi /penyertaan, aktiva tetap maupun aktiva tidak berwujud, seperti mesin-mesin yang tidak digunakan, disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain.

Aktiva tetap tidak berwujud (intangible assets) adalah aktiva yang umur ekonomisnya panjang dan memberikan manfaat bagi operasi perusahaan,  tetapi tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini berupa hak-hak istimewa atau pemilikan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Bukti pemilikan aktiva tidak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain.

Contoh Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Asset)

Berikut adalah contoh-contoh Aktiva Tetap Tidak Berwujud yang lumrah kita temui dalam dunia usaha adalah :

a.         Hak Sewa (Lease Hold)

Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua alasan : Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang. Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku. Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-milah atas kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak berwujud atau sebagai biaya sewa.

Contoh Kasus :

Tempat Usaha (Tanah dan Gedung) PT. Royal Bali Cemerlang diperoleh dengan cara menyewa selama 30 Tahun, dengan membayar sebesar Rp 750,000,000,-. Dalam perjalanan usahanya PT. Royal Bali Cemerlang juga menyewa sebuah mobil pick-up disewa Rp 150,000/hari. Mengacu pada batasan aktiva tetap tak berwujud atas Hak Sewa yang telah disebutkan sebelumnya, maka transaksi sewa yang ada pada PT. Royal Bali Cemerlang hendaknya diperlakukan sebagai berikut :

Pencatatan :
Atas sewa tanah dan gedung di catat sebagai aktiva tak berwujud:
Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-]. Lease Hold = Rp 750,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 675,000,000.-
[-Credit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
Pada saat penyetoran PPh Pasal 4(2) :
[-Debit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 75,000,000,-

Penjelasan :

(-). Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan Aktiva Tetap Tak Berwujud (intangible asset) yaitu berupa Hak sewa (Lease Hold), karena sewa tersebut berjangka waktu 30 tahun, yang artinya atas cost sewa yang dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat (menjadikannya sebagai tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun buku, untuk itu transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud..

(-). Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object, yaitu PPh Pasal 4 (2), diakui sekarang atau nanti tetap akan mengakui. Jika tidak di akui sekarang toh nanti akan dikoreksi oleh pihak kantor pajak. Mengingat Conservatism principle, bukankah setiap potensi pengeluaran maupun kewajiban, hendaknya diakui sesegera mungkin ?

Atas sewa mesin & mobil dicatat sebagai biaya :
Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-]. Biaya Sewa = Rp 150,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 135,000,-
[-Credit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-

Pada saat pembayaran PPh Pasal 23 :

[-Debit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-

[-Credit-].Kas=Rp15,000,-

Catatan :
Sewa mobil yang biayar harian langsung diakui sebagai biaya, karena atas pengeluaran perusahaan sebesar Rp 150,000,- perusahaan hanya akan memperoleh manfaat selama satu hari (kurang dari 1 tahun buku).
Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana perusahaan bertindak selaku pemotong.

b.    Organization Cost

Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi sehubungan dengan set-up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran ini diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas pengeluaran tersebut perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama perusahaan masih beroperasi.

c.     Perijinan (Permit & Licences)

Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu izin diakui sebagai aktiva tetap tidak berwujud.

d.    Hak Patent

Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Dimana atas penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau system, atau cara tertentu.

e.     Merk Dagang (Trade Mark)

Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat TM, adalah hak yang diperoleh atas suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang mewakili suatu organisasi/perusahaan tertentu.

f.     Hak Penggandaan (Copyright)

Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.

 

 

 

g.    Franchise

Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.

h.    Goodwill

Adalah kelebihan-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain. Catatan penting :

Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan, bergabung/berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuasisi.

KARAKTERISTIK HUTANG

 

Dalam FASB dalam SFAC No. 6, hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.Sama dengan definisi hutang yang dikemukakan FASB, IAI (1994)definisi hutang (kewajiban) yaitu hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Dari pengertian tersebut komponen utama hutang antara lain:

a.     Kewajiban Sekarang

Kewajiban timbul karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yang tidak dapat dihindari untuk menyerahkan barang/jasa. Objek hutang yang sebenarnya adalah kewajiban yang ada pada saat sekarang. Oleh karena itu, menurut Kam (1990: p.111) definisi hutang yang lebih menunjukkan pada saat sekarang adalah kewajiban suatu unit usaha yang merupakan keharusan bagi unit usaha tersebut untuk menyerahkan aktiva/jasa pada pihak lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu. Kewajiban dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain:

1)    Kewajiban pada kreditor/hutang

2)    Kewajiban kepada pemilik

Meskipum kedua pihak tersebut memiliki hak terhadap aktiva, namun keduanya memiliki hak yang berbeda. Kreditor memiliki hak untuk didahulukan pelunasannya dalam kasus likuidasi. Sedangkan untuk pemilik, hak atas aktiva hanya didasarkan pada sisa aktiva setelah kewajiban terhadap kreditor terpenuhi.

 

 

b.       Hasil Transaksi Masa Lalu

Syarat lain dari hutang adalah berasal dari transaksi masa lalu. Transaksi tersebut menunjukkan transaksi yang benar-benar telah terjadi sehingga dapat digunakan untuk memastikan bahwa hanya kewajiban sekarang yang harus dicatat sebagai hutang dalam neraca.

TERJADINYA HUTANG

Intrepretasi terhadap terjadinya hutang cenderung didasarkan konsep economic substance over legal form bukan semata-mata pada aspek yuridisnya. Dengan demikian, apabila dinilai dari substansi ekonomi suatu transaksi/peristiwa memenuhi kriteria hutang, otomatis hutang akan diakui dan disajikan dalam neraca.

Keadaan Yang Dapat Menimbulkan Hutang

Untuk menentukan suatu transaksi sebagai hutang atau bukan, sangat tergantung pada kemampuan untuk menafsurkan transaksi/kejadian yang emnimbulkannya. Namun demikian, ditinjau dari penafsiran sematik apabila suatu kewajiban dalam kenyataannya memang ada, maka yang paling penting adalah mencatat hal tersebut sebagaisuatu hutang tanpa memperhatikan bagaimana terjadinya.Kohler, (1970: hal.263) menyatakan bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk uang, barang, atau jasa khususnya hutang yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a.     terjadi/telah terjadi

b.    terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang

c.     terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan datang.

Hutang dapat terjadi karena beberapa factor antara lain:

1.       Kewajiban legal/kontrak (Contractual liabilities)

Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan berang (jasa) kepada entitas tertentu.

2.       Kewajiban konstruktif (constructive liabilities)

Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan/kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah tertentu dimasa yang akan datang.

3.       Kewajiban equitable

Kewajiban ekuitabel adalah hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh perusahaan karena alas an moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum.

 

Unconditional Right Of Offset

Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu barang dan jasa di masa mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang atau sebaliknya bukan hutang. Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi keuangan yang berasal dari transaksi usaha dan menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran di masa mendatang, apabila suatu barang atau jasa telah diterima. Umumnya akuntan tidak akan mencatat kontrak tersebut apabila tidak ada satu pihakpun yang melaksanakan suatu prestasi kerja. Alasannya adalah sebelum barang tersedia, kewajiban pembeli terhadap hak penguasaan aktiva ditandai oleh hak pembeli untuk menerima barang tersebut. Dalam kondidi tertentu kontrak yang harus dilaksanakan atas pembelian barang atau jasa dapat tidak dilaporkan bila kewajiban terhadap komitmen pembelian tersebut melebihi nilai barang yang diperoleh. Misalnya jika terdapat penurunan yang material terhadap harga barang terjadi setelah kontrak pembelian jangka panjang ditandatangani, maka kewajiban tersebut melebihi nilai hak menurut kontrak. Akibatnya timbul suatu kerugian. Oleh karena itu pencatatan terhadap hutang hanya dilakukan sebesar kerugian yang terjadi dari pelaporan laba bersih dan mengkredit jumlah yang sama dengan debet kerugian yang timbul. Secara umum dapat dirumuskan bahwa hutang harus diakui dalam laporan keuangan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a.     Ada kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa/manfaat ekonomi masa mendatang akan dilakuka atau akan terjadi

b.    Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti

Menurut Kam (1990) hutang dapat diakui berdasarkan kondisi berikut ini:

Didasarkan pada hukum

Adanya dasar hokum yang menyebabkan terjadinya hutang adalah syarat legal untuk mengakui hutang, meskipun seringkali dapat terjadi karena kewajiban equitable.

Pemakaian prinsip konservatisme

Prisip konservatisme mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian dari pada keuntungan. Jadi rugi/hutang akan segera diakui kalau ada kemungkinan akan terjadi. Pencatatan terhadap rugi/hutang semacam ini merupakan praktek yang diterima umum.

Substansi ekonomi suatu transaksi

Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya telah terjadi, maka hutang dapat segera diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan.

Kemampuan mengukur nilai hutang

Kriteria ini berkaitan dengan reabilitas informasi. Apabila pengukuran terhadap hutang sangat subyektif/arbritrer, maka lebih baik tidak dilakukan pengukuran dan hutang tidak dicatat dalam neraca.

 

PENGUKURAN HUTANG

Dasar pengukuran hutang adalah jumlah rupiah sumber ekonomi yang harus dikorbankan apabila pada saat penilaian (pelaporan), hutang dilunasi. Dengan demikian, dasar penilaian yang digunakan adalah nilai sekarang pengeluaran kas/pengorbanan sumber ekonomi masa mendatang untuk melunasi hutang tersebut sampai tanggal jatuh tempo. Besarnya nilai hutang tersebut harus didiskontokan dengan tingkat bunga tertentu dengan rumus sebagai berikut:

PV = F (1 + r)-1

PV = Nilai sekarang dari hutang pada tanggal penilaian

F = Aliran kas masa mendatang pada periode t dari tanggal penilaian

r = tingkat bunga

Dasar penilaian tersebut berlaku untuk semua hutang. Weil (1990) menyebutkan bahwa pendiskontoan terhadap elemen laporan keuangan hanya dapat dilakukan bila:

a.         Elemen tersebut menunjukkan klaim kepada atau kewajiban untuk membayar sejumlah tertentu yang dapat ditaksir dengan cukup pasti

b.         Perusahaan akan membayar jumlah tersebut dalam periode lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca

c.         Klaim /kewajiban timbul dari transaksi, kecuali transaksi executor contract

d.         perusahaan telah merevaluasi elemen neraca karena adanya informasi baru.

PENYELESAIAN HUTANG

IAI (1994: paragraf 62) salam SAK menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiba masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan

ü  Pembayaran kas

ü  Penyerahan aktiva

ü  Pemberian jasa

ü  Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lain atau

ü  Konversi kewajiban menjadi ekuitas

ü  Kewajiban juga dapat dihapus dengan cara lain seperti kreditor membebaskan atau membatalkan haknya.

AIn-Subsance Defeseance

In-Subsance Defeseance adalah suatu rencana perjanjian dimana seorang debitur menempatkan sejumlah tertentu harta moneter secukupnya yang bebas resiko pada kuasa badan perwakilan (trust) tertentu untuk digunakan sebagai pembayaran hutang di masa mendatang. Gambaran tentang pelunasan hutang dengan cara In-Subsance Defeseance dapat dilihat pada contoh berikut ini. PT. A mempunyai hutang obligasi sebesar Rp. 10.000.000 dengan tingkat bunga 8% per tahun, jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Atas hutang tersebut PT. A membeli sertifikat bank Indonesia senilai Rp. 10.000.000 dengan tingkat bunga 8% per tahun, jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Pembelian tersebut dilakukan secara tunai dengan total pengeluaran Rp. 7.500.000. sertifikat Bank Indonesia kemudian diserahkan pada badan perwakilan untuk digunakan sebagai pelunasan hutang.

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Pada saat pembelian:

Investasi sertifikat Bank Indonesia                  Rp. 10.000.000

      Kas                                                                                                            Rp. 10.000.000

Pada saat penempatan sertifikat Bank Indonesia pada badan perwakilan:

Hutang Obligasi                                                     Rp. 10.000.000

        Investasi sertifikat Bank IndonesiaRp. 7.500.000

        Untung (extraordinary)                                                                    Rp. 2.500.000

Keuntungan PT. A dalam melakukan transaksi semacam itu adalah:

1.       Hutang akan berkurang sehingga rasio debt equity menjadi lebih baik

2.       Laba bersih tahun berjalan akan meningkat

3.       Untuk tujuan pajak, untung tidak dapat diakui

4.       Pendapatan bunga dari Sertifikat Bank Indonesia dapat digunakan untuk menutup biaya bunga atas hutang obligasi

Kredit Tangguhan (Deferred Credit)

Dalam laporan keuangan sering kali timbul masalah yang berkaitan dengan perlakuan kredit tangguhan tertentu yang dimasukkan sebagai hutang misalnya uang muka yang dibayar pembeli tetapi produk belum diserahkan kepada pembeli. Kasus demikian menunjukkan adanya kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau jasa pada masa mendatang kepada pembeli. Dengan demikian transaksi tersebut jelas dianggap sebagai hutang. Kredit tangguhan yang sering menjadi masalah laba kotor belum direalisir yang timbul dari penjualan angsuran. Apabila prinsip pengakuan pendapatan atas penjualan angsuran diterapkan, laba hanya akan diakui bila terdapat kas yang diterima atas penjualan angsuran tersebut. Laba kotor yang belum direalisir merupakan perbedaan nantara penjualan dan cost barang terjual atas penjualan angsuran.

Hutang Dan Rugi Kontijensi (Contingent loss/Liabilities)

Dalam FASB Statement No. 5 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kontijensi adalah suatu kondisi atau situasi yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya kemungkinan hutang atau rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya kemungkinan tersebut tergantung pada terjadi atau tidaknya suatu hutang terutama menyangkut kewajiban sekarang atau masa mendatang.

KONSEP EKUITAS

Teori Ekuitas

Teori ekuitas adlah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dengan kata lain, penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung pada sudut pandangyang digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan.

Teori Proprietary

Teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi dalam akuntansi, tujuan perusahaan, jenis modal, makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat dari sudut pandang pemilik. Dengan demikian tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah

Aktivahutang = modal

Aktiva merupakan kekayaan pemili, sementara hutang merupakan kewajiban pemilik. Kepemilikan ini dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Ketika usaha baru dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha maka nilai perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih setelah dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut wealth concept. Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan firma oleh karna dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen perusahaan dengan pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan laba bersih atau net inocme ditambah setiap periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitungan laba bersih tidak mengukur kenaikan bersih kekayaan.

Makna laba (Income)

Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara biaya diartikan Sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan kekayaan atau kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik

1.    Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)

Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary. Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha menyebabkan perusahaan menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat pemisah antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan dianggap Bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Teori entitas didasarkan atas persamaan akuntansi:

Aktiva = Hutang = Modal Atau Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)

Jadi hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak perusahaan menerima barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya . Ada 2 versi teori entitas , yaitu

a.       Versi Tradisional

Menurut pandangan tradisional perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (equity holders) yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus melaporkan status investasi dan konsekuensiinvestasi yang dilakukan pemilik

b.       Versi Baru

Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan berkentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Meskipun kedua pandangan diatas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha ( entitas yang independen), namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas sebagai partner dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan pandangan baru melihat pemegang ekuitas sebagai pihak luar perusahaan. Olek karena pemilik dan kreditor merupakan pemegang ekuitas yang memberi dana, maka persamaan akuntansinya adalah:

Aktiva = Ekuitas

Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut:

§  Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha

§  Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama

§  Aktiva adalah milik perusahaan

§  Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik

§  Aktiva non monoter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai total aktiva sama dengan umlah pasivanya.

Makna laba

Dalam pendekatan entitas ini, laporan rugi laba relevan dibandingkan neraca, alasannya:

ØPemegang ekuitas lebih tertarik pada alba yang merupakan hasilm dari investasi mereka

ØPerusahaan didirikan dengan maksud mencari laba

ØLaba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan

ØPendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan

ØBiaya adalah cost aktiva atau jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan

Laba ditahan

Menurut pandangan tradisional:

§  Bunga pinjaman adlah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan biaya bagi kreditor

§  Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham

§  Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan

§   

Menurut pandangan baru

Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaankarena menurunkan jum;lah ekuitas unit usaha tersebut

2.         Teori Ekuitas Residual

Seorang teoritisi akuntansi William Paton (1962) menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu  jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnyan, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik.  Jadi, teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:

AktivaEkuitas khusus = Ekuitas Residual

Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen. Namun demikian pada kasus khusus dimana kerugian begitu besar sehingga perusahaan mengalami kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang saham preferen atau pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas residual. Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi. Pemegang saham biasa pada umumnya dianggap memiliki ekuitas residual di dalam laba perusahaan dan di dalam aktiva bersih pada saat likuidasi. Oleh karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka informasi yang disajikan dalam kaitannya dengan    ekuitas residual harys berguna untuk memprediksi dividen masa datang bagi pemegang saham biasa

3.    Teori Enterprise

Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori entitas. Di dalam teori entitas perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang dioperasikan dalam rangkamemberikan manfaat bagi pemegang saham. Sedankan dalam teori enterprise perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Dalam arti luas pihak-pihak yang berkepentingan meliputi pemegang saham, kreditur, pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat secara umum. Jadi bentuk luas dari teori enterprise dapat dipandang sebagai teori akuntansi sosial

4.    Teori Dana

Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi personifikasi perusahan sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal dalam teori entitas. Menurut teori dana, unit aktivitas  operasi merupakan dasar akuntansi. Unit aktivitas operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompokaktiva dan restriksi atau batasan-batasan yang menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori dana berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut

Aktiva = Restriksi Aktiva

Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit operasi. Hutang merupakan retriksi aktiva khusus atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan mencerminkan retriksi legal atau financial untuk menggunakan aktiva. Konsep teori dana ini banyak digunakan di sektor pemerintah dan lembaga nir laba.

Posisi FASB

Financial Accounting Standard Board (FASB) sangat jelas mengadopsi teori ekuitas residual ketika berhubungan dengan ekuitas pemilik yang menyatakanhak residual pada aktiva suatu entitas yang tersisa setelah di kurangi hutang”. Pandangan ini sejalan dengan tujuan akuntansi yang  dinyatakan oleh FASB yaitu menyediakan informasi khususnya kepada investor atau lebih khusus kepada peemegang saham biasa.

Laporan Laba Rugi

Laporan laba-rugi merupakan salah satu bentuk laporan keuangan utama yang menyajikan informasi tentang kinerja entitas pada periode tertentu. Unsur laporan tersebut adalah pendapatan (revenue), biaya (expenses), dan laba (income). Laporan ini akan tetap dibutuhkan sebagai laporan keuangan utama yang sangat penting dalam memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang serta untuk menilai kinerja manajemen.

Definisi Laba (Income)

a.     Laba dan Keuntungan (income and profit) mengacu pada jumlah yang berasal dari revenue atau operating revenue dikurang kos barang yang terjual, biaya-biaya yang lain, dan kerugian (menurut Accounting Terminologi Bulletin/ATB No.2).

b.    Laba Bersih (net income) adalah kelebihan (deficit) pendapatan atas biaya dari suatu periode akuntansi tertentu (menurut APB Statement 4).

c.     Laba Komprehensif (comprehensive income) adalah perubahan dalam equitas (net asset) dikurangi dengan entitas selama periode transaksi dan kejadian/keadaan yang bukan berasal dari sumber pemilik (menurut FASB – SFAC No. 6).

Definisi yang ke-1 dan ke-2 mengacu pada pendekatan revenue expense. Penekanannya terletak pada pentingnya standar yang mendefinisikan elemen-elemen laba-rugi serta spesifikasi pengakuan dan pengukurannya. Definisi yang ke 3 mengacu pada pendekatan sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya dan definisi tersebut menjadi arah yang diambil oleh FASB saat ini dan yang akan datang.

Pendapatan (Revenue) dan Keuntungan (Gains)

Bagaimanapun cara-cara suatu entitas mendefinisikan laba bersih, pemisahan ke dalam komponen pelaporan akan memberikan gambaran pelaporan yang lebih baik. Komponen tersebut telah dikklarifikasi sebagai pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian. Terdapat beberapa pandangan terkait dengan pendapatan yang ditunjukkan melalui definisi sebagai berikut:

a.     Pendapatan dihasilkan dari penjualan barang/pemberian jasa dan diukur dengan kos yang dialokasikan kepada konsumen, klien, atau penyewa atas barang/jasa yg diberikan kepada mereka (menurut ATB 2).

b.    Pendapatan merupakan peningkatan bruto dalam sumber daya ekonomi/penurunan bruto dalam kewajiban, dan diukur berdasarkan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum serta berasal dari jenis aktivitas yang mengarah pada laba (menurut APB Statement No.4).

c.     Pendapatan adalah aliran masuk/peningkatan yang lain atas sumber daya ekonomi dari sebuah entitas atau pelunasan atas kewajiban selama periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, jasa, atau aktivitas yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas (menurut SFAC No. 6)

Keuntungan didefinisikan sebagai gains, yang bersumber selain dari penjualan produk, barang dagangan, atau pemberian jasa. Keuntungan akan meningkatkan ekuitas dari transaksi peripheral atau incidental, kecuali yg merupakan hasil dari pendapatan dan investasi pemilik.

Perbedaan antara pendapatan dan keuntungan

1.    Berpendapat bahwa hanya pendapatan yang seharusnya dilaporkan dalam income statement.

2.    Berpendapat bahwa sifat keuntungan tidak menggambarkan kejadian yang berulang-ulang dari kegiatan utama suatu entitas. Sebagai aktivitas yang menghasilkan laba, keuntungan seharusnya dikeluarkan dari laporan laba-rugi.

Pihak yang berpandangan bahwa keuntungan tidak dimasukkan dalam laporan laba-rugi berpegangan pada konsep current operating income. Sedangkan pihak yang mendukung keuntungan dimasukkan dalam laba-rugi berpegangan pada konsep all inclusive income.

Pengakuan Pendapatan (Revenue)

Pengakuan pendapatan dalam akuntansi pada umumnya didasarkan pada prinsip objektivitas. Artinya harus ada bukti yang cukup untuk dapat mengakuinya sebagai pendapatan. FASB mengajukan 2 kriteria pengakuan pendapatan yaitu sebagai berikut:

a.       Pendapatan baru dapat diakui bilamana pendapatan itu telah direalisasikan. Dikatakan terealisasi bilamana telah terjadi transaksi pertukaran produk/jasa hasil kegiatan suatu entitas bisnis dengan kas atau klaim untuk menerima kas.

  1. Pendapatan baru dapat diakui bilamana pendapatan tersebut sudah terhimpun. Dikatakan telah terhimpun bilamana kegiatan menghasilkan pendapatan tersebut telah berjalan dan secara substansial telah selesai sehingga suatu unit usaha berhak untuk menguasai manfaat yang terkandung dalam pendapatan.

Biaya dan Kerugian (Losess)

Dalam pengukuran laba periodik, semua biaya memiliki kedudukan yang sama terhadap pendapatan dan ditandingkan dengan dasar penandingan yang memuaskan yaitu kelayakan ekonomik bukan kriteria fisik. Dari gambaran tersebut, biaya dapat didefinisikan sebagai berikut:

a.       Biaya dalam arti luas adalah semua cost yang dibiayakan yang dapat dikurangkan pada revenue (menurut ATB No. 4).

  1. Biaya adalah penurunan bruto asset/peningkatan bruto dalam liabilities yang diakui dan diukur sesuai PABU  yang merupakan hasil aktivitas yang berorientasi pada laba. (menurut APB Statement No. 4).
  2. Biaya adalah arus keluar/penggunaan lain dari harta/terjadinya kewajiban selama satu periode dari penyerahan/produksi barang, penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan operasi utama suatu entitas bisnis. (menurut FASB dalam SFAC No. 6).

Bebeda halnya dengan kerugian. Dalam laporan laba-rugi, kerugian ditempatkan pada urutan setelah laba operasi. Pendapatan tersebut menunjukkan bahwa kerugian tidak memiliki hubungan dengan pendapatan dimana kerugian tersebut terjadi. Kerugian merupakan pengurangan asset bersih, tetapi posisinya tidak seperti biaya/transaksi capital. (menurut APB statement No. 4 dan FSAC No. 6).

APB statement No. 4 Mengklasifikasikan kos/biaya dalam 3 kategori sebagai berikut:

a.       Kos yang secara langsung berhubungan dengan pendapatan dalam suatu periode.

  1. Kos yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan dalam suatu periode.
  2. Kos yang secara praktek tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan periode mana pun.

Pengukuran dalam Akuntansi dan Peristiwa Masa Depan

Proses pelaporan akuntansi melibatkan data yang sudah lewat (data historis) dan kejadian masa lalu tidak bisa dilepaskan dengan masa yang akan datang. Kejadian yang telah terjadi dan dicatat, tetapi pelaporannya sangat tergantung pada interprestasi kita pada kondisi dimasa yang akan datang atau peristiwa dimasa depan (future event).

Contoh:

Perhitungan depresiasi tergantung pada peristiwa dimasa depan seperti estimasi tahun ekonomis asset dan harapan nilai sisa asset.  Memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan peristiwa di masa depan akan berhasil jika dapat memahami sift asset dan kewajiban. Dalam SFAC No. 6, asset dinyatakan sebagai kemungkinan manfaat masa depan  yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas bisnis yang dihasilkan dari transaksi atau kejadian dimasa yang lalu.

 

 

Aspek-Aspek dari Peristiwa di Masa Depan

Beberapa aspek dimasa depan penting diperhatikan karena memberi pengaruh pada cara penanganan kejadian ekonomis oleh suatu entitas sebagai berikut ini:

a.       Persepsi Terhadap Peristiwa Masa Lalu

Kadang-kadang pengakuan atas kejadian yang lalu diatur oleh kondisi yang berhubungan dengan apakah sebagaione event view atau dual event view”.

Contoh:

Asumsi bahwa manajemen membuat incentive penawaran pada pekerja untuk pensiun yang lebih awal. Penganut pandangan single-view akan mengakui transaksi yang terjadi ketika penawaran yang dibuat, sementara pendukung dual event tidak akan mengakui kewajiban sampai pekerja benar-benar menerima tawaran. Pengakuan dual events kurang percaya pada probabilitas estimasi.

b.       Probabilitas Sifat Peristiwa di Masa Depan

Probabilitas sifat kondisi di masa depan secara jelas merupakan masalah utama yang berpengaruh pada pengakuan suatu kejadian.  Masih banyak pihak yang berpandangan bahwa pengakuan biaya depresiasi bertujuan untuk menutupi kos operasi asset di masa depan. Dalam kasus asset, total kos mungkin tidak dapat menutupi nilai asset yang didepresiasi dan kasus hutang akan memunculkan contingent liabilities yaitu “reasonable possible or remote”.

c.       Nilai Pasar

Beaver (1991) telah mengamati bahwa nilai pasar merupakan gudang informasi tentang kondisi masa depan dengan mengacu pada harga-harga sekuritas yang sering dianggap sebagai suatu konsesus atas nilai saai ini dari future cash flowsecurities yang disesuaikan dengan memasukan pertimbangan risiko. Kendati demikian, informasi nilai pasar tersebut masih mengandung kelemahan, yaitu banyak harga pasar yang berasal dari perdagangan sekuritas yang kecil/rendah atau keandalan dari angka-angka nilai pasar yang dihasilkan.

d.       Konservatisme

Konservatisme dalam akuntansi dapat menambah keseimbangan informasi keuangan secara menyeluruh untuk para pemakai.

Contoh:

Akuntansi konservatisme menggunakan metode cost or market with ever is lower  dalam akuntansi persediaan serta mengakui potensi rugi kontingen, tetapi tidak mengakui potensi keuntungan. Meski memiliki keunggulan di satu sisi, Beaver juga memberi catatan yaitu susah membangun rancang bangun konservatisme dengan basis yang konsisten dengan standar. Apa yang dikemukan Beaver melalui analisis konservatisme sangat menarik, karena kemajuan dalam penyelesaian masalah yang berhubungan dengan peristiwa dimasa depan dapat diminimumkan dengan aturan konservatisme.

e.       Kondisi Ekonomi Masa Depan

Perubahan pada kondisi ekonomi di masa depan dapat meningkatkan dan menurunkan nilai asset yang dimiliki oleh suatu entitas. Jika nilai asset saat ini menurun karena kondisi ekonomi, apakah penurunan tersebut akan dipecahkan dan kalau demikian, di asset mana pengaruh penurunan tersebut dicatat. Jelasnya, tidak ada satu pun yang dapat menjamin prediksi ekonomi.

Laba All-inclusive Versus Laba Operasi

Pendukung current operating menyatakan bahwa income statement lebih berguna khususnya untuk pengukuran kinerja manajemen dan untuk memprediksi kinerja tahun yang akan datang, dengan syarat yaitu berbagai perkiraan yang tidak memiliki hubungan dengan keputusan manajemen saat ini harus dikelurkan.  Para pendukung konsep all-inclusive menyatakan beberapa alasan terkait dengan dukungan mereka yaitu sebagai berikut ini:

a.       Dalam current operating, manajemen lebih mudah melakukan manipulasi informasi karena mereka dengan mudah membuat keputusan apakah perkiraan tersebut extraordinary atau tidak.

  1. Pengguna laporan keuangan mungkin akan salah memahami karena mereka mungkin tidak menyadari bahwa substansi gain/loss telah disembunyikan dalam laporan laba ditahan.
  2. Penyajian akhir semua income dinyatakan dalam income statement untuk periode yang seharusnya mencerminkan laporan net income entity untuk periode tersebut. Namun mereka merujuk pada bentuk klasifikasi yang tepat dalam income statement yang mengijinkan baik untuk transaksi yang tidak biasa/tidak sering terjadi yang disajikan secara terpisah dalam laporan yang sama.

Transaksi Non-operating

Menurut APB opinion No.9, berbagai transaksi non-operating (non-operating transactions) terdiri atas berbaagai komponen berikut yaitu:

a.       Perkiraan-perkiraan extraordinary

Pelaporan perkiraan extraordinary telah menjadi kontroversi dalam beberapa tahun ini. Dasar kontroversi terdapat pada pengaruh perkiraan extraordinary  yang mungkin ada pada laporan keuangan terhadap opersepsi para pemakai informasi atas hasil operasi dan proyeksi dalam future operation untuk laporan suatu entitas. Kontroversi yang muncul tersebut merupakan contoh yang baik untuk memberikan batas finite uniformity menuju rigid uniformity.

b.       Perubahan metode akuntansi

Perubahan dalam metode akuntansi berpengaruh secara signifikan pada laporan keuangan baik current reporting period dan setiap trend yang ditunjukkan oleh perkiraan/kelompok perkiraan dalam laporan keuangan komparatif serta historical summaries dari laporan suatu entitas bisnis. Perubahan metode akuntansi diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

1.    Perubahan prinsip akuntansi.

2.    Perubahan dalam estimasi akuntansi.

3.    Perubahan dalam laporan entitas.

c.       Operasi yang terhenti

Satu perlakuan khusus terhadap perkiraan non-operating yang mengharuskan pelaporan akuntansi yang bersifat khusus yaitu pada saat kegiatan operasi suatu entitas terhenti. Operasi yang terhenti akan memunculkan keuntungan maupun kerugian karena penghapusan sebagian dari usaha yang mengharuskan perlakuan akuntansi khusus.

BENTUK PENYAJIAN LABA RUGI

1.       All inclusive income dan normal operating

Perbedaan pendapat mengenai apakah suatu pos disajikan dalam laporan laba rugi atau dalam laporan laba ditahan membedakan penyajian laporan laba rugi menjadi:

Normal operating income

Berpendapat bahwa yang dicantumkan dalam laporan laba rugi hanyalah pendapatan yang berasal dari kegiatan normal sedangkan pos yang berasal dari kegiatan yang tidak biasa dicantumkan saja dalam laporan laba ditahan. Sehingga laba di bottom line adalah laba normal.

All inclusive income

Berpendapat bahwa semua income yang berasal dari kegiatan normal dan kegiatan insidentil dicantumkan dalam laporan laba rugi dan hasil akhirnya saja yang dilaporkan ke laporan laba ditahan.

2.       Single step dan multiple step

Single step

Yaitu bentuk laporan yang disusun dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi suatu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok lainnya yang terjadi dalam suatu periode. Sehingga untuk menghitung laba rugi bersih hannya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total penghasilan dengan total biaya. Selisih positif antara kelompok penghasilan dengan biaya disebut dengan istilah penghasilan bersih atau laba, sedangkan jika selisih tsb negative disebut dengan rugi.

Multiple step

Yaitu bentuk laporan yang disusun secara bertahap penghasilan dan beban disajikan sesuai dengan urutan aktivitas yaitu kegiatan usaha diluar usaha dan luar biasa. Laba rugi baru dapat diketahui setelah beberapa kali tahap pengurangan, muali dari penjualan dikurangi harga pokok penjualan yang menghasilkan laba kotor, dikurangi biaya operasi menghasilkan laba operasi dan seterusnya sampai menghasilkan laba bersih.

PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI MENURUT PRINSIP AKUNTANSI INDONESIA

Laporan laba rugi atau istilah PAI perhitungan laba rugi harus disusun seperti metode multiple step dengan pedoman yaitu:

1.       Laporan laba rugi harus disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai hasil usaha perusahaan dalam periode tertentu.

  1. Cara penyajiannya sebagai berikut:

a.     Harus memuat secara terperinci unsure-unsur pendapatan dan beban

b.    Seyogyanya disusun dalam bentuk urutan ke bawah (staffel)

c.     Harus dipisahkan antara hasil dari bidang usaha lain serta pos luar biasa

KOMPONEN LAPORAN LABA RUGI

PAI menjelaskan komponen laporan laba rugi sebagai berikut:

1.    Penjualan

Dikurangi : harga pokok penjualan

2.    Laba bruto

Dikurangi : beban usaha

3.    Laba usaha

Ditambah/dikurangi : pendapatn dan beban lain-lain

4.     Laba sebelum pos luar biasa

Ditambah/dikurangi : pos luar biasa

Ditambah/dikurangi : pengaruh kumulatif dari perubahan prinip akuntansi

5.    Laba sebelum pajak penghasilan

Dikurangi : pajak penghasilan

6.     Laba bersih

Laba bersih mencerminkan semua pos laba dan rugi selama suatu periode, kecuali koreksi masa lalu yang disajikan sebagai penyesuaian atas saldo awal laba yang ditahan. Sebagai pelengkap perhitungan laba rugi disusun laporan perubahan laba yang ditahan, yang penyajiannya digabungkan dengan perhitungan laba rugi sehingga dapat ditunjukkan sekaligus laba periode tertentu berikut modifikasi terhadap laba yang ditahan.

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Laporan neraca adalah laporan posisi keuangan (harta, utang, dan modal) perusahaan dalam suatu tanggal tertentu.atau  salah satudari laporan keuangan yang memberikan informasi tentang posisi dan keadaan keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Neraca terdiri dari tiga komponen, yaitu: aktiva, utang, dan ekuitas (modal).  Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan usaha dan beban usaha untuk satu periode akuntansi tertentu. Unsur-unsur laporan laba-rugi, yaitu:
1. Pendapatan
2. Beban

B.     Saran

Diharapkan sumbang saran dari pembaca kepada penulis agar tulisan ini lebih berkembang dan lebih baik kedepannya.


EmoticonEmoticon