TEORI AKUNTANSI SYARIAH : Akuntansi dalam Kerangka Islam

Setelah kita kaji keberadaan sistem akuntansi kapitalis, dapat ditemukan beberapa persoalan tersebut utamanya berkaitan dengan hal kepemihakan, konsep dasar, standar, dan metode akuntansi. Akuntansi pada dasarnya akan selalu berhubungan dengan distribusi aktiva perusahaan, hak residual atas aktiva pada saat likuidasi dan hak ekuitas (kekayaan) pada perusahaan yang sedang berjalan baik. Kesemuanya ini merupakan tujuan penting yang hendak dicapai dalam penyajian value added statement atau laporan nilai tambah, yang dalam teori akuntansi konvensional sama dengan laporan laba rugi.

Pada saat kita mngkaji ilmu atau teori akuntansi syari’ah tidak dapat ditinggalkan kerangka teori akuntansi konvensional. Sehubungan dengan hal tersebut, secara konvensional ada banyak teori yang berkaitan dengan pembahasan kekayaan pemilik.

1. Teori pemilikan (Proprietary Theory)
Teori ini menyatakan bahwa akuntansi terjadi karena bentukan dari persamaan dasar sebagai berikut:

Assets - Liabilities = Modal

Artinya modal adalah sama dengan harta dikurangi utang. Dalam hal ini, pemilik adalah pusat perhatian. Aktiva dianggap dimiliki oleh pemilik dan kewajiban / utang adalah kewajiban pemilik. Tanpa memandang mengenai perlakuan utang, pemilikan dipandang sebagai nilai bersih kesatuan usaha kepada pemilik. Pada saat perusahaan didirikan, nilai tersebut akan sama dengan investasi pemilik. Selama hidup perusahaan, akan terus sama dengan investasi awal dan tambahan investasi serta akumulasi laba bersih di atas jumlah yang diambil oleh pemilik. Inilah yang kemudian disebut dengan konsep kekayaan. Teori ini berpendapat bahwa pendapatan adalah kenaikan atas hak pemilik, sedangkan biaya adalah penurunan. Dengan demikian laba bersih akan secara langsung menjadi hak pemilik dan mencerminkan kenaikan kekayaan pemilik dan karena laba adalah kenaikan kekayaan, maka segera pula ditambahkan kepada modal pemilik.

Pajak perseroan diperlukan secara dengan agen dari pemegang saham yang menganggap bahwa perseroan adalah agen dari pemegang saham dalam pembayaran pajak yang nyata-nyata pajak penghasilan dari pemegang saham. Konsep laba komprehensip ini didasarkan pada proprierty theory karena laba bersih berisi semua unsur yang mempengaruhi pemilikan selama satuan periode terkecuali pembagian dividen dan tansaksi modal. Teori ini lebih menekankan pada hakikat perubahan terhadap pemilikan dan klasifikasinya dalam neraca. Teori ini merupakan teori akuntansi yang paling kunoi, dan banyak konsep akuntansi yang dikembangkan dari teori ini.

2. Teori kekayaan (Entity Theory)
Teori ini menganggap bahwa perusahaan memiliki eksistensi yang terpisah. Pemisahan ini terjadi pada kepentingan pemiliki dan pemegang ekuitas yang lain. Pendiri dan pemilik perusahaan tidak perlu diidentifikasikan dengan eksistensi perusahaab. Teori ini didasarkan pada persamaan:

Asets = Equities

Ekuitas pada dasarnya adalah utang ditambah dengan hak pemegang saham. Elemen yang ada pada sisi kanan kadang-kadang disebut sebagai kewajiban, tetapi sebenarnya merupakan pemilikan dengan hak yang berbeda terhadap perusahaan. Apa bedanya utang dan hak pemegang saham. Perbedaan utama antara utang dan hak pemegang saham berkait dengan penilaian atas hak kreditor yang dapat ditentukan secara terpisah bila perusahaan bubar, sedangkan hak para pemegang saham diukur dengan penilaian aktiva mula-mula yang ditanamkan ditambah dengan laba yang diinvestasikan kembali dan revaluasi yang terjadi sesudahnya. Namun demikian hak untuk menerima pembayaran dividen dan bagian dari aktiva bersih pada saat likuidasi adalah hak sebagai pemegang hak pemilikan dan bukan sebagai pemilik atas aktiva tertentu. Teori ini memandang utang adalah kewajiban khusus dari perusahaan dan aktiva mencerminkan hak perusahaan untuk menerima barang, jasa atau manfaat yang lain.

3. Fund Theory
Berbeda dengan teori proprietry, teori fund melepaskan hubungan personal yang dianut oleh teori proprietory dan personalisasi perusahaan sebagai kesatuan ekonomi yang dibuat sah pada entity theory. Fund theory menggantinya dengan kesatuan kegiatan yang orientasi kegiatan sebagai landasan akuntansi.

Aktiva = Pembatasan Aktiva

Aktiva mencerminkan prospek jasa bagi unit operasional. Utang merupakan pembatasan terhadap aktiva khusus ataupun aktiva secara umum. Modal yang ditanamkan merupakan pembatasan yang legal ataupun financial terhadap penggunaan aktiva, sehingga modal yang ditanamkan harus dijaga keberadaannya, bila tidak terdapat likuidasi sebagian ataupun secara keseluruhan. Dengan demikian, dalam teori ini semua ekuitas mencerminkan pembatasan yang dilakukan secara legal, kontrak, manajerial, dan finansial. Konsep ini bermanfaat sekali bagi perusahaan yang tidak mencari laba. Seperti lembaga pemerintah, universitas, rumah sakit, lembaga sosial.

Baca Juga

Teori Akuntansi Syariah
Ada suatu perubahan luar biasa dalam kancah bidan ilmu akuntansi untuk beberapa decade belakangan ini. Sebelum tahun 1970-an ada anggapan tentang akuntansi sebagai ilmu pengetahuan dan praktik yang bebas dari nilai (value free) sudah mulai digoyang keberadaannya.

Pada era informasi dan globalisasi dalam bidang akuntansi ada upaya harmonisasi praktik-praktik akuntansi. Praktik akuntansi di setiap negara dianggap menyulitkan dalam menafsirkan laporan keuangan, atau praktik akuntansi yang ebragam itu tidak dapat diperbandingkan (uncomparable). Kasus ini mengundang reaksi banyak kalangan, sehingga muncullah pandangan-pandangan yang bersifat pro dan kontra. Mereka yang berpandangan kontra mengecam bahwa tindakan untuk melakukan harmonisasi merupakan tindakan pelecehan terhadap nilai-nilai lokal. Mereka justru melihat bahwa sebetulnya lingkungan (non value-free). Bahkan ada yang mengatakan akuntansi adalah “anak” yang lahir budaya setempat (lokal). Pandangan kedua, memang secara eksplisit menolak pandangan pertama yang bersifat fungsionalis dan positivistic, kalau ditelusuri ke belakang akar pemikiranya berasal dari August Comte.

Berpijak dari kasus di atas, usaha untuk mencari bentuk akuntansi yang berwajah humanis, emansipatori, transendental, dan teologikal merupakan upaya yang niscaya. Akuntansi syariah, menurut Iwan Triyuwono dan Gaffikin dikatakan, merupakan salah satu upaya mendokontyksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis dan sarat nilai. Tujuan diciptakannya akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental, dan teologikal. Dengan cara demikian, realitas alternatif diharapkan akan dapat membangkitkan kesadaran diri secara penuh akan kepatuhan dan ketundukan seseorang kepada kuasa Allah. Berkaitan dengan persoalan perubahan teori ekuntansi, maka akuntansi akan berubah ke paradigma baru yang sejauh ini belum jelas lagi. Dalam konteks demikian, Takatera dalam pengantarnya menyajikan dua strategi pengkajian hakikat akuntansi sebagai berikut:
  • Jika studi akuntansi deskriptif berkembang dalam suasana terisolasi dari strategi intelektual untuk mengubah akuntansi sekarang, hal ini akan membenarkan akuntansi yang dulu dan sekarang bukan menginterpretasikannya. Sebaliknya jika studi akuntansi normatif dikembangkan dalam suasana terisolir tanpa memperdulikan masyarakat dan masalah organisasi di mana akuntansi dipraktikkan, maka hal ini akan berakibat kegagalan percobaan sebab tidak akan berakibat kegagalan percobaan sebab tidak akan diterima oleh masyarakat kendatipun jika ini dapat menjelaskan ‘akuntansi untuk apa yang tidak boleh’. Kemudian adalah penting menggabungkan studi akuntansi deskriptif dengan studi akuntansi normatif untuk memberikan pemahaman baru tentang apa akuntansi dulu, apa akuntansi sekarang dan menciptakan apa akuntansi di masa yang akan datang.
  • Jika akuntansi yang dimaksud adalah akuntansi “what should be” sebagai kelanjutan dari akuntansi “what it is”, dengan jalan yang tidak akan pernah berhenti, kita tidak akan dapat membentuk akuntnasi “what it is” walaupun kita dapat menawarkan interpretasi baru, terhadap apa akuntansi “what it was” dan apa akuntansi sekarang (what it is)… Strategi untuk membuat isu sekarang jelas harus berhadap dengan crita akuntansi yang akan datang, yaitu menciptakan akuntansi “what should be”. Sebagai ganti dari “what it is” di bidang yang kita hentikan keberadaannya.


EmoticonEmoticon