Bagaimana Pengaruh Kenaikan Dolar AS Terhadap Sektor Industri Pangan Indonesia

Teoriakuntansi- Kenaikan dolar AS memberi dampak yang cukup terasa bagi Indonesia, dampaknya terjadi di beberapa lini mulai dari harga kebutuhan hidup sehari-hari hingga pada bahan baku industri. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai pengaruh dalam sektor pangan. Implikasi kenaikan dolar AS terhadap sektor pangan di Indonesia berupa dampak positif dan negatif, yaitu sebagai berikut.

a. Dampak Positif
Kenaikan dolar AS berimplikasi positif terhadap sektor pangan di Indonesia, berikut dampak-dampakya,

1) Minat Masyarakat Indonesia terhadap Pangan Lokal Meningkat
Hal ini terjadi karena alih-alih ingin membeli daging, beras, jagung, dan buah karena lebih bagus kualitasnya menjadi urung karena harganya yang menjadi sangat mahal karena melemahnya rupiah pada dolar sehingga mencari yang lebih murah. Produk lokal lah yang harganya lebih bisa menyesuaikan kantong masyarakat Indonesia. Meskipun, produk lokal tak luput terkena dampak naiknya dolar namun, harganya masih bisa dianggap wajar oleh warga lokal sendiri dibandingkan harus membeli produk luar negeri. Sehingga hal ini dapat membuat industri pangan di Indonesia semakin kuat dan mandiri.

2) Pendapatan Negara Melalui Ekspor Pangan akan Meningkat
Indonesia memang tidak hanya melakukan impor, tetapi juga melakukan ekspor pada komoditi makanan seperti biji kopi, ayam, ikan, dan bawang merah. Mengutip pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Surplus neraca perdagangan hasil perikanan pada kuartal II 2018 tumbuh diprediksi lebih tinggi karena kenaikan dolar AS. Neraca perdagangan hasil perikanan per kuartal I 2018 mengalami surplus sebesar 1 Milliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan hasil perikanan pada kuartal II tahun ini dan seterusnya semakin meningkat, ditambah pengusaha secara otomatis dinilai akan memanfaatkan momentum pelemahan rupiah terhadap terhadap dolar AS. Tentunya mendatangkan keuntungan pada kenaikan hasil devisa negara.

Kondisi pelemahan rupiah dapat menjadi kesempatan untuk negara menambah cadangan devisa melalui ekspor pangan. Hal ini dapat terjadi karena produk-produk dari Indonesia dianggap murah bagi konsumen luar negeri sehingga dapat meningkatkan daya saing produk-produk pagan Indonesia di luar negeri. Produk- produk yang akan dijual ke luar negeri mungkin harganya sama (dibayar menggunakan dolar), namun selisih harga dolar terhadap rupiah tentu dapat menjadi untung yang tidak sedikit. Dengan kondisi pelemahan rupiah, sebenarnya menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan surplus perdagangan yang mereka raih. Rilis data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret memperlihatkan bahwa Indonesia mencatatkan surplus perdagangan mencapai US$ 1 miliar. Namun, tetap saja, para investor dan eksportir berharap agar rupiah menguat karena jika terus tertekan atau melemah akan memberikan efek domino yang sangat besar bagi Indonesia dan menganggu stabilitas perekenomian Indonesia

b. Dampak Negatif
Kenaikan dolar AS berimplikasi negatif terhadap sektor pangan di Indonesia, berikut dampak-dampakya,

1) Kebutuhan Pangan Sehari-hari Menjadi Naik, Terutama Kebutuhan Bahan Baku Impor
Komoditas pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Untuk itu pemenuhan kebutuhannya harus disegerakan agar tidak timbul menjadi gejolak pangan. Namun, seiring dengan vitalnya pangan, pemenuhan kebutuhan pangan sering kali mengalami kekosongan dan kemudian didatangkan dengan melakukan impor, baik pada bahan-bahan baku yang tidak didapatkan di Indonesia maupun untuk memenuhi jumlah kebutuhan. Hal demikian berimplikasi pada sulitnya mengendalikan harga yang menimbulkan ketidakstabilan harga di pasar.

Tingginya tingkat permintaan akan konsumsi pangan, membuat pemerintah melakukan impor dalam pemenuhan bahan pokok dalam negeri. Dalam data BI tahun 2017, proporsi impor tertinggi terdapat pada komoditas seperti beras, jagung, kedelai, dan gandum. Mengingat penguatan dolar memuncak hingga pertengahan 2018 yang menyentuh angka 15 ribu. Indonesia terkena dampak negatif dari kenaikan dolar as ini terutama pada sektor bahan baku yang masih impor, sebab ikut mengalami kenaikan seiring dengan naiknya dolar. Mengutip pernyataan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS mengatakan, ada dampak langsung yang akan ditimbulkan dari pelemahan kurs rupiah ke bahan makanan impor berupa kenaikan harga bahan makanan tersebut.

2) Menganggu Dunia Industri Pangan
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kurs yang terlalu tinggi tidak bagus bagi dunia usaha, termasuk pangan. Kurs yang tidak stabil membuat pengusaha menahan diri dalam pengambilan kebijakan. Namun jika kurs dan volatilitas terjaga maka akan lebih mudah bagi pengusaha menentukan langkah ke depan. "Kalau kurs stabil, pengambilan keputusan itu lebih mudah dan kalau ada volatilitas ya pengambilan keputusan sedikit lebih susah, karena orang kurang pasti ke depannya bagaimana."

Baca Juga

Pengaruh besar terjadi bagi industry pangan atau konsumsi yang berbahan baku impor. Hal ini akan mempengaruhi internal perusahaan maupun eskternal perusahaan. Mulai dari internal (dari dalam) perusahaan, akan sulit dalam hal menentukan supply dan demand. Melihat bahwa produk berbahan baku impor, sehingga harga produksi akan meningkat. Hal ini tentu harus diseimbangkan dengan harga jual agar tidak merugi. Sedangkan, eksternalnya semakin sulit untuk bersaing dengan industri lain apabila permasalahan internal tidak dapat diatasi dengan baik.

Berdasarkan penjabaran data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kenaikan dolar AS dalam sektor pangan memiliki dua pokok implikasi, yaitu positif dan negatif. Implikasi positif berupa meningkatnya permintaan terhadap produk-produk lokal, dan kenaikan hasil pendapatan nasional dari barang atau bahan makanan yang dieskpor seperti kopi dan Ikan. Sedangkan implikasi negatif, berupa kenaikan harga bahan pangan yang berasal dari barang impor. Ikan mengalami dampak yang signifikan berupa surplus sebesar 1 Miliar dolar AS


EmoticonEmoticon