BAB II
PEMBAHASAN
A. MENILAI RISIKO
PENGENDALIAN/PENGUJIAN PENGENDALIAN
Menilai
risiko pengendalian (assessing control risk) merupakan suatu proses
mengevaluasi efektivitas pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau
mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Tujuan
dari menilai resiko pengendalian (assessing controlis) adalah untuk membantu
auditor dalalm membuat suatu pertimbangan mengenai resiko salah saji yang
material dalam asersi laporan keuangan. Penilaian resiko pengendalian
melibatkan pengevaluasian terhadap efetivitas dari (1) rancangan dan (2)
pengoperasian pengendalian. Menilai resiko pengendalian juga membantu auditor
dalam membuat keputusan mengenai sifat, waktu dan cakupan dari prosedur audit.
Pada dasarnya pengujian pengendalian (test of control) menyediakan bukti
sebagai bagian dari dasar yang memadai untuk mengeluarkan opini auditor.
Resiko
pengendalian, seperti komponen lain dalam model resiko audit, di nilai dalam
asersi nilai keuangan individual. Sistem akuntansi berfokus pada pemrosesan
transaksi, dan banyak aktifitas pengendalian berhubungan dengan pemrosesan
suatu jenis transaksi tertentu. Oleh karena itu, adalah umum memulai dengan
menilai resiko pengendalian atas asersi kelas transaksi seperti asersi
keberadaan atau keterjadian, asersi kelengkapan, dan asersi penilaian serta alokasi
untuk penjualan kredit dan penerimaan kas. Penilaian tersebut kemudian di
kombinasikan dengan tepat dalam menilai risiko pengendalian untuk asersi saldo
akun yang berhubungan yang di pengaruhi oleh kelas transaksi. Sebagai contoh,
penilaian risiko pengendalian yang relevan untuk penjualan dan penerimaan kas
di anggap memenuhi penilaian untuk asersi saldo piutang usaha. Adalah penting
untuk mengingat bahwa penilaian risiko pengendalian di buat untuk asersi
individual, bukan untuk pengendalian intern secara keseluruhan, komponen
pengendalian intern individual, atau kebijakan atau prosedur individual.
Dalam
membuat penilaian risiko pengendalian untuk suatu asersi adalah penting bagi
auditor untuk :
1. Mempertimbangkan pengetahuan
yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman mengenai apakah
pengendalian yang berhubungan dengan asersi telah dirancang dan diterapkan
dalam operasi oleh manajemen entitas
2. Mengidentifikasikan salah saji
potensial yang dapat muncul dalam asersi entitas
3. Mengidentifikasikan pengendalian
yang diperlukan yang mungkin akan mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki
salah saji
4. Melaksanakan pengujian
pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk menentukan efektivitas
rancangan dan pengoperasian dari pengendalian tersebut
5. Mengevaluasi bukti dan membuat
penilaian
Langkah keempat,
yaitu melaksanakan pengujian pengendalian, tidak diperlukan ketika risiko
pengendalian dinilai berada pada tingkat maksimum. Setiap langkah dalam proses
penilaian ini akan dibahas dalam bagian berikut.
1. Mempertimbangkan pengetahuan
yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman
Auditor
melaksanakan prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman (procedures to obtain
an understanding) mengenai pengendalian intern untuk asersi laporan
keuangan yang signifikan. Auditor mendokumentasikan pemahaman dalam bentuk
kuisioner pengendalian intern yang telah dilengkapi, bagan arus, dan atau
memorandum naratif. Analisis mengenai pendokumentasian merupakan titik awal untuk
menilai risiko pengendalian. Secara khusus, AU 319.19 menyatakan pemahaman
sebaiknya digunakan oleh auditor untuk (1) mengidentifikasi jenis salah saji
potensial dan (2) mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi risiko salah saji
material, seperti apakah pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau
mendeteksi dan memperbaiki salah saji telah dirancang dan ditetapkan dalam
operasi. Oleh karena itu, untuk kebijakan dan prosedur yang relevan dengan
asersi tertentu, auditor mempertimbangkan dengan dengan hati-hati jawaban Ya,
Tidak, dan Tidak dapat digunakan, komentar tertulis dalam
kuesioner, dan kekuatan serta kelemahan yang dicatat dakam bagan arus dan
memorandum naratif.
Ketika
auditor memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian intern, ia biasanya
akan membuat pertanyaan, mengamati pelaksanaan tugas dan pengendalian, serta
memeriksa dokumen-dokumen. Dalam proses tersebut auditor mungkin akan
memperoleh bukti yang akan mengizinkannya untuk menilai risiko pengendalian dibawah
maksimum. Biasanya bukti tersebut tidak cukup untuk mengizinkan auditor menilai
risiko pengendalian pada tingkat yang rendah, tapi bukti tersebut mungkin cukup
untuk mendukung suatu risikopengendalian yang tinggi. Auditor mungkin akan
merasa bebas untuk menempatkan suatu penilaian pada bukti yang dikumpulkan
sementara memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian intern.
2. Mengidentifikasi salah saji
potensial
Beberapa
kantor akuntan publik menggunakan perangkat lunak komputer yang menghubungkan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam kuesioner yang terkomputerisasi dengan
salah saji potensial untuk asersi-asersi tertentu. Akan tetapi, auditor perlu
memahami logika bahwa system pendukung keputusan yang terkomputerisasi
digunakan untuk mengevaluasi pengendalian intern dan untuk menilai salah saji
potensial yang dapat muncul dalam asersi laporan keuangan tertentu.
Salah
saji potensial dapat diidentifikasikan untuk asersi yang berhubungan dengan
setiap kelas transaksi utama dan untuk asersi yang berhubungan dengan setiap
saldo akun yang signifikan. Sebagai contoh, salah saji potensial dapat
diidentifikasi untuk asersi pengeluaran kas- kas dan hutang usaha. Cara dimana
salah saji dalam asersi kelas transaksi dapat mempengaruhi asersi saldo akun
dijelaskan dalam bagian sealjutnya. Contoh dari salah saji potensial untuk
beberapa asersi yang berkaitan dengan transaksi pengeluaran kas ditunjukkan
dalam kolom dbawah:
Salah
saji potensial
|
Pengendalian
yang diperlukan
|
Pengujian
pengendalian
|
Suatu
pengeluaran kas dapat dibuat untuk tujuan yang tidak diotorisasi (keberadaan
atau keterjadian untuk transaksi yang valid)
|
Komputer
mencocokkan informasi cek dengan informasi yang mendukung tanda bukti dan
hutang usaha untuk setiap transaksi pengeluaran
|
Menggunakan
teknik-teknik audit dengan bantuan komputer, seperti data pengujian untuk
menguji pengendalian aplikasi komputer
|
Hanya
personel dengan otorisasi yang diizinkan untuk menjalankan program dan
mneangani cek yang dicetak dan ditandatangani komputer
|
Mengamati
individu-individu yang menangani pengeluaran kas dan membandingkannya dengan
daftar personel yang memiliki otorisasi
|
|
Pemisahan
tugas dalam menyetujui tanda bukti (voucher) pembayaran dan menandatangani
cek
|
Mengamati
pemisahan tugas
|
|
Suatu
tanda bukti mungkin dibayar dua kali (keberadaan dan keterjadian dari
transaksi yang valid)
|
Komputer
secara elektronik membatalkan tanda bukti dan informasi pendukung ketika cek
diterbitkan
|
Menggunakan
teknik-teknik audit dengan bantuan komputer, seperti data pengujian untuk
menguji pengendalian aplikasi komputer
|
Memberi
tanda pada bukti pembayaran dan dokumen pendukung dengan tanda luns ketika
cek diterbitkan
|
Mengemati
pemberian cap kepada dokumen dan/ atau memeriksa sampael dari dokumen yang
telah dibayar untuk memeriksa adanya tanda lunas
|
|
Suatu
cek dapat diterbitkan untuk jumlah yang salah atau dicatat dalam jumlah yang
salah (penilaian atau alokasi)
|
Komputer
mencocokkan informasi cek dengan informasi yag mendukung tanda bukti dan
hutang usaha untuk setiap transaksi pengeluaran
|
Menggunakan
teknik-teknik audit dengan bantuan komputer, seperti data pengujian untuk
menguji pengendalian aplikasi komputer
|
Komputer
membandingkanjumlah cek yang diterbitkan dengan jumlah yang dicatat dalam
pengeluaran kas
|
Menggunakan
teknik-teknik audit dengan bantuan komputer, seperti data pengujian untuk
menguji pengendalian aplikasi komputer
|
|
Rekonsiliasi
bank independen secara periodik
|
Mengamati
kinerja rekonsiliasi bank dan/ atau memeriksa rekonsiliasi bank.
|
Tabel
1: salah saji material, pengendalian yang diperlukan, dan pengujian
pengendalian – transaksi pengeluaran kas
3. Mengidentifikasi pengendalian
yang diperlukan.
Seorang
auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang mungkin dapat
mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji potensial tertentu dengan
menggunakan perangkat lunak computer yang memroses jawaban kuesioner
pengendalian intern atau dengan secara manual menggunakan daftar. Kolom kedua dalam
dalam tabel diatas mengilustrasikan pengendalian potensial untuk asersi laporan
keuangan tertentu. Perhatikan bahwa dalam beberapa kasus, beberapa pengendalian
dapat berkaitan dengan suatu salah saji potensial tertentu. Dalam kasus lain,
suatu pengendalian tunggal dapat diaplikasikan .
Menspesifikasikan
pengendalian yang diperlukan juga memerlukan pertimbangan mengenai situasi dan
penilaian. Sebagai contoh, jika terdapat volume transaksi pengeluaran kas yang
tinggi, maka pemeriksaan independen antara antara rinkasan harian dari cek-cek
yang disetujui untuk diterbitkan dengan pemasukan dalam jurnal pengeluaran kas,
yang memungkinkan pendeteksian secara tepat waktu dari salah saji, mungkin
diperlukan. Jika volume transaksi pengeluaran kas kecil dan pendeteksian yang
tepat waktu dari salah saji tidak penting, maka rekonsiliasi bank harian secara
independen dan periodik mungkin sudah cukup untuk mengkompensasi kurangnya
pengujian independen harian. Dalam situasi tertentu, rekonsiliasi bank dapat
dianggap sebagai pengendalian kompensasi.
Pengendalian
yang diperlukanyag ditujukkan dalam tabel 1 diatas, baik pengendalian aplikasi
maupun pengendalian manual, dapat diklasifikasika sebagai bagian dari komponen
aktivitas pengendalian dari pengendalian internal. Auditor seharusnya menyadari
bahwa beberapa pengendalian yang berkaitan dengan komponen pengendalian intern
lain dapat secara simultan mempengaruhi risiko salah saji potensial dalam
asersi yang berkaitan dengan beberapa kelas transaksi atau saldo akun. Sebagai
contoh, kompetensi dan kepercayaan yang dapat diperoleh dari manajer-manajer
tertentu, dan jawaban juga karyawan yang terlibat dalam pemrosesan transaksi
pengeluaran kas, dapat mempengaruhi asersi untuk kelas transaksi. Pada
kenyataannya, kurangnya kompetensi dan tingkat kepercayaan pada manajer atau
karyawan kunci dapat mengurangi efektivitas dan aktivitas pengendalian lainnya.
Oleh karena itu, auditor harus mengasimilasikan informasi mengenai berbagai
jenis pengendalian yang mungkin berhubungan dengan komponen pengendalian intern
dalam mempertimbangkan risiko salah saji potensial untuk asersi tertentu.
Berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh dari prosedur utuk memperoleh suatu pemahamandan
mengidentifikasi salah saji material serta pengendalian yang diperlukan untuk
mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji, auditor dapat membuat
suatu perkiraan awal dan risiko pengendalian. Akan tetapi, meskipun memilki
pemahaman yang lengkap mengenai rancangan pengendalian dan apakah sudah
diterapkan dalam operasi, namun hal itu hanya memungkinkan auditor untuk
menilai risiko pengendalian pada tingkat maksimium. Untuk memperoleh suatu
penilaian risiko pengendalian dibawah maksimum, baik bersamaan dengam
memperoleh suatu pemahaman maupun lagkah selanjutnya, harus diperoleh bukti
mengenai efektivitas rancangan dan operasis dari pengendalian yang diperlukan.
4. Melaksanakan pengujian
pengendalian
Pengujian
yang dideskripsikan termasuk teknik audit dengan bantuan computer, bukti
pendokumentasian inspeksi, pertanyaan terhadap personel, dan mengamati personel
klien dalam melaksanakan pengendalian. Hasil dari setiap pengujian pengendalian
seharusnya menyediakan bukti mengenai efektivitas dari rancangan dan operasi
dari pengendalian yang diperlukan. Sebagai contoh, dengan menggunakan teknik
audit dengan bantuan komputer untuk menguji bahwa komputer membandingkan jumlah
cek yang diterbitkan dengan pemasukan dan pengeluaran kas, auditor memperoleh
bukti mengenai efektivitas pengendalian terhadap transaksi pengeluaran kas.
Dalam
menentukan pengujian yang akan dilaksanakan, auditor mempertimbangkan jenis bukti
yang tersedia dan biaya pelaksanaan pengujian. Ketika pengujian yang akan
dilaksanakan telah dipilih, auditor biasaya menyiapkan suatu program audit
tertulis untuk pengujian pengendalian yang terencana.
5. Mengevaluasi bukti dan membuat
penilaian
Penilaian
akhir dari risiko pengendalian untuk asersi laporan keuangan didasarkan pada
pengevaluasian bukti yang diperoleh dari (1) prosderu utuk memperoleh pemahaman
mengenai pengendalian intern, dan (2) pengujia pengendalian yang berhubungan. Menentukan
tingkat risiko pengendalian yang dinilai merupakan masalah pertimbangan
professional. AU 319.64 menyarankan agar auditor mempertimbangkan jenis bukti,
sumber bukti, batas watu dan keberadaan dari bukti lain yang berhubugan dengan
penilaian risiko pengendalian ketika membuat pertimbangan tersebut.
Sebagai
contoh, pendokumentasian dari rancangan dan pengoperasian aktivitas
pengendalian yang dilaksanakan oleh suatu komputer mungkin tidak ada hingga
auditor dapat memilih untuk menggunakan teknik dengan bantuan komputer untuk
melaksanakan ulang (reform) penerapan pengendalian yang relevan. Dengan
memperhatikan sumber bukti, pengamatan pribadi auditor secara langsung terhadap
pemisahan tugas biasanya menyediakan lebih banyak keyakinan daripada membuat
pertanyaan mengenai individu. Namun demikian, auditor seharusnya mempertimbangkan
bahwa penerapan yang diamati dari suatu pengendalian mungkin tidak dilaksanakan
dengan cara yang sama ketika auditor tidak hadir. Ketika mengevaluasi batas
waktu Pengujian pengendalian,a auditor seharusanya mempertimangkan bahwa bukti
yang diperoleh oleh beberapa pengujian pengendalian berkaitan hanya dengan
titik waktu dimana prosedur audit diterapkan. Sebagai contoh, auditor dapat
menguji operasi dari suatu proseddur pengendalian aplikasi komputer pada suatu
titik waktu tertentu utnuk memeperoleh bukti mengenai apakah program
melaksanakan pengedalian secara efektif. Untuk menyeimbangkan, auditor dapat
melaksanakan pengujian pengendalian terhadap rancangan dan pengoperasian
pengendalian umum komputer selama periode audit umntuk memperoleh bukti mengenai
apakah aktivitas pengendalian terprogram dioperasikan secara konsisten selama
periode audit.
Akhirnya,
jika berbagai jenis bukti mendukung kesimpulan yang sama mengenai efektivitas
suatu pengendalian, tingkat keyakinan meningkat. Sebaliknya, jika bukti-bukti
yang ada mendukung beberapa kesimpulan yang berbeda, tingkat keyakinan menurun.
Sebagai contoh, teknik audit dengan bantuan komputer dapat menunjukkan bahwa
komputer telah melaporkan pengecualian secara tepat dalam laporan pengecualian,
tapi pertanyaan auditor mengenai orang yang mneindaklanjuti laporan
pengecualian menunjukkan bahwa terdapat kekurangan dalam pemahaman prosedur
pengendalian yang diterapkan. Bukti lisan selanjutnya akan mengurangi keyakinan
yang diperoleh dari pengujian pengendalian yang mengidentifikasi transaksi
utnuk ditindaklanjuti.
Pengevaluasian
bukti melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menarik
suatu kesimpulan mengenai efektivitas pengendalian intern, auditor sering kali
menggunakan petunjuk pengendalian menegnai frekuensi penyimpangan yang dapat
ditoleransi, yang biasanya diekspresikan dalam bentuk presentase, dari
pelaksanaan suatu pengendalian yang sesuai.
Penilaian risiko pengendalian dapat
dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (seperti, terdapat 10% risiko bahwa
pengendalian yang relevan tidak akan mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki
jenis salah saji tertentu) atau secara kualitatif (seperti, terdapat suatu
risiko yang rendah bahwa pengendalian yang relevan tidak akan mencegah atau
mendeteksi dan memperbaiki jenis salah saji tertentu). Perlu diketahui bahawa
menilai risiko untuk suatu asersi merupakan faktor kritis dalam menentukan
tingkat risiko detetksi yang dapat diterima untuk asersi tersebut, dimana pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat pengujian substantif yang direncanakan
termasuk sifat, waktu, luas, dan penentuan staf pada pengujian yang akan
dilaksanakan untuk melengkapi audit. Jika risiko penegndalian dinilai terlalu
rendah, risiko deteksi mungkin ditetapkan terlalu tinggi dan auditor mungkin
tidak melaksanakan pengujian substantif yang mencukupi, yang akan menghasilkan
suatu audit yang tidak efektf. Sebaliknya, jika risiko pengendalian ditetapkan
terlalu tinggi, pengujian substantif yang dilakukan mungkin lebih banyak dari
sebenarnya diperlukan, sehingga menghasilkan audit yang tidak efisien.
B. MENILAI RISIKO PENGENDALIAN
DALAM SUATU LINGKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI
1. Strategi untuk melaksanakan
pengujian pengendalian
Tiga
strategi yang berhubungan dengan penilaian risiko pengendalian adalah :
a. Menilai risiko pengendalian
berdasarkan pengendalian pemakai
b. Merencanakan suatu penilaian
risiko pengendalian yang rendah berdasarkan pengendalian aplikasi
c. Merencanakan suatu penilaian
risiko pengendalian yang tinggi berdasarkan pada pengendalian umum dan tindak
lanjut manual
a) Pengendalian pemakai
Dalam
banyak kasus, klien mungkin merancang prosedur manual untuk menguji kelengkapan
dan keakuratan dari transaksi yang diproses oleh komputer. Sebagai contoh,
manajer yang mengenal denagn baik transaksi yang berada dalam otoritasnya
mungkin menunjau suatu daftar pembelian yang dibebankan ke dalam akun mereka.
Alternatif lain, seorang individu dalam suatu departemen pemakai dapat
membandingkan output yang dihasilkan oelh komputer dengan dokumen sumber yang
mendukung transaksi. Meskipun kedua pengendalian ini dapat mendeteksi dan
memperbaiki salah saji, namun opengendalian yang terakhir dilaksanakan dengan
tingkat rincian yang lebih tinggi dan mungkin menyediakan suatu tingkat keyakinan
yang lebih tinggi dan bahwa salah saji telah dideteksi dan diperbaiki.
Jika
terdapat prosedur semacam itu, maka auditor dapat menguji pengendalian pemakai
yang berhubungan dengan suatu asersi secara langsung, serupa dengan pengujian pengendalian
dalam struktur manual. Keunggulan dari strategi ini adalah tidak diperlukannya
pengujian terhadap komplektisitas program komputer.
b) Pengendalian Aplikasi.
Banyak
perusahaan memiliki beberapa tingkatan pengendalian manajemen yang menyediakan
suatu tingkat peninjauan transaksi yang lebih tinggi yang menjadi tanggungjawab
mereka. Namun demikian, pengendalian manajemen tersebut mungkin tidak
menyeddiakan keyakinan yang cukup sehingga memungkinkan auditor utnuk
mengurangi risiko pengendalian hingga suatu tingkat yang rendah. Sebagai
akibatnnya, auditor mungkin merencanakan suatu strategi untuk menilai risiko
pengendalian pada tingkat yang rendah berdasarkan pengendalian aplikasi
komputer.Dalam rangka melaksanakan strategi ini auditor seharusnya :
1. Menguji pengendalian aplikasi
computer
2. Menguji pengendalian umum
computer
3. Menguji tindak lanjut manual
untuk pengecualian yang dicatat oleh pengendalian aplikasi
Untuk meningkatkan ketepatan
waktu dari bukti, audit melaksanakan pengujian pengendalian berkaitan dengan
modifikasi dan penggunaan program tersebut untuk menguji apakah pengendalian
yang terprogram beroperasi secara konsisten selama periode audit.
c) Pengendalian umum dan prosedur
tindak lanjutan
Internal
Control Audit Guide
menyajikan suatu strategi audit yang memungkinkan auditor untuk menyelesaikan
tugas ini berdasarkan bukti mengenai efektivitas pengendalian umum dan prosedur
tindak lanjut manual. Ketika menguji pengendalian umum, biasanya auditor akan
mempelajari efektivitas rancangan dan menguji pengendalian aplikasi. Sebagai
tambahan, auditor dapat membuat kesimpulan mengenai efektivitas pengendalian
aplikasi dan mengidentifikasikan pengecualian menlalui pengajuan pertanyaan
kepada individu yang berpengetahuan yang melaksanakan prosedur tindak lanjut
manual.
2. Teknik audit berbantuan komputer
TABK
meliputi penggunaan computer untuk secara langsung menguji pengendalian
aplikasi. Pengujian ini digunakan secara ekstensif dalam menguji rutinitas
validasi pemasukan dan pengendalian pemrosesan terprogram.
Menurut
IAPI (SPAP seksi 327.8-16) faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
penggunaan Teknik audit Berbantuan Komputer adalah:
a. Pengetahuan,
keahlian, dan pengalaman komputer yang dimiliki oleh auditor.
b.
Tersedianya TABK dan fasilitas komputer yang sesuai.
Auditor
harus mempertimbangkan tersedianya TABK, kesesuaian fasilitas komputer dan sistem
akuntansi serta file berbasis komputer yang diperlukan. Auditor dapat
merencanakan untuk menggunakan fasilitas komputer yang lain bila penggunaan
TABK atas komputer entitas dianggap
tidak ekonomis atau tidak praktis untuk dilakukan-sebagai contoh, karena adanya
ketidaksesuaian antara program paket yang
digunakan oleh auditor dengan komputer entitas.
Kerja sama
dari karyawan entitas dapat diperoleh untuk menyediakan fasilitas pengolahan
pada waktu yang tepat, untuk membantu seperti memuat dan menjalankanTABK. Ke
dalam sistem entitas, dan menyediakan copy file
data dalam format yang dikehendaki oleh auditor.
c.
Ketidakpraktisan
pengujian manual.
Banyak
sistem akuntansi terkomputerisasi dalam melaksanakan tugas tertentu tidak menghasilkan
bukti yang dapat dilihat. Dalam keadaan ini, tidaklah praktis bagi auditor
untuk melakukan pengujian secara manual. Tidak adanya bukti yang dapat dilihat
dapat terjadi pada berbagai tahap proses akuntansi-seperti:
a)
Dokumen masukan dapat tidak ada bila order penjualan dimasukkan ke
dalam system secara on-line. Di samping itu, transaksi akuntansi,
seperti perhitungan potongan harga dan bunga, dapat dipicu dengan
program komputer tanpa otorisasi yang dapat dilihat untuk setiap
transaksi secara individual.
b)
Sistem dapat tidak menghasilkan jejak audit (audit trail) yang dapat
dilihat untuk transaksi yang diolah melalui komputer. Surat penyerahan barang dan
faktur dari pemasok dapat ditandingkan dengan suatu program komputer. Di samping
itu, prosedur pengendalian program, seperti pengecekan batas kredit pelanggan,
dapat menyediakan bukti yang dapat dilihat hanya atas dasar penyimpangan.
Dalam hal ini, tidak terdapat bukti yang dapat dilihat bahwa semua
transaksi telah diolah.
c) Laporan
keluaran dapat tidak diproduksi oleh sistem. Sebagai tambahan, suatu laporan
tercetak dapat hanya berisi total ringkasan sementara rincian yang mendukung
laporan tersebut tetap ditahan dalam file komputer.
d.
Efektivitas dan efisiensi
Efektivitas
dan efisiensi prosedur audit dapat ditingkatkan melalui penggunaan TABK dalam
memperoleh dan mengevaluasi bukti audit-seperti:
a)
Beberapa transaksi dapat diuji lebih efektif untuk tingkat biaya yang
sama dengan menggunakan komputer untuk memeriksa semua atau lebih
banyak transaksi dibandingkan
dengan jika dilaksanakan secara manual.
b)
Dalam penerapan prosedur analitik, transaksi atau saldo akun dapat di-review dan dicetak
laporannya
untuk pos-pos yang tidak biasa dengan cara yang lebih efisien dengan menggunakan
komputer bila dibandingkan dengan cara manual.
c)
Penggunaan
TABK dapat membuat prosedur pengujian substantif tambahan lebih efisien daripada jika auditor meletakkan kepercayaan atas
pengendalian dan pengujian pengendalian
yang bersangkutan.
Masalah yang
berhubungan dengan efisiensi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor
meliputi:
a)
Waktu untuk merencanakan, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi TABK.
b)
Jam asisten dan review teknis.
c)
Perancangan dan pencetakan formulir (seperti konfirmasi).
d)
Pencatatan masukan ke dalam sistem komputer dan verifikasinya. d. Waktu
pemakaian komputer.
Dalam
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu TABK, auditor dapat mempertimbangkan
daur hidup aplikasi TABK. Perencanaan mula-mula, perancangan, dan pengembangan
suatu TABK biasanya akan memberikan manfaat terhadap audit periode berikutnya.
e.
Saat pelaksanaan.
File komputer
tertentu, seperti file transaksi rinci, seringkali ditahan hanya untuk jangka
waktu pendek, dan mungkin tidak disediakan dalam bentuk yang dapat dibaca oleh
mesin pada saat diperlukan oleh auditor. Jadi, auditor akan memerlukan
pengaturan untuk mempertahankan data yang dibutuhkannya, atau is dapat
mengubah saat pekerjaannya memerlukan
data tersebut.
Jika waktu
yang tersedia untuk melaksanakan audit terbatas, auditor dapat merencanakan.penggunaan
TABK karena program tersebut akan dapat memenuhi persyaratan waktu lebih
baik dibandingkan dengan prosedur lain.
Dalam SPAP
seksi 327.7 diungkapkan bahwa TABK dapat digunakan dalam pelaksanaan berbagai prosedur
audit berikut ini:
a.
Pengujian rincian transaksi dan saldo-seperti, penggunaan perangkat lunak
audit untuk menguji semua (suatu sampel) transaksi dalam file komputer.
b.
Prosedur review analitik-seperti, penggunaan perangkat lunak audit untuk mengidentifikasi
unsur atau fluktuasi yang tidak biasa.
c.
Pengujian pengendalian (test of control) atas pengendalian
umum sistem informasi komputer-seperti, penggunaan data uji untuk menguji
prosedur akses ke perpustakaan program (program libraries).
d.
Pengujian pengendalian atas pengendalian aplikasi sistem informasi
komputer -seperti, penggunaan data uji untuk menguji berfungsinya prosedur
yang telah diprogram.
e.
Mengakses file, yaitu kemampuan untuk membaca file yang
berbeda record-nya dan berbeda formatnya.
f.
Mengelompokkan data berdasarkan kriteria tertentu.
g. Mengorganisasi
file, seperti
menyortasi dan menggabungkan.
h. Membuat
laporan, mengedit dan memformat keluaran.
i. Membuat persamaan dengan operasi
rasional (AND; OR; =; < >; <; >; IF).
Teknik audit
berbantuan komputer penting yang digunakan untuk menguji pengoperasian dari
pengendalian aplikasi terprogram tertentu termasuk (1) simulasi pararel, (2)
pengujian data, (3) fasilitas pengujian terintegrasi, dan (4) pemantauan yang
berkelanjutan atas sistem real-time online.
a) Simulasi parallel
Dalam
simulasi paralel data perusahaan actual diproses ulang dengan menggunakan suatu
program perangkat lunak yang dikendalikan oleh auditor. Pendekatan ini memiliki
keuntungan sebagai berikut :
1) Karena digunakan data riil,maka
auditor dapat memeriksa transaksi dengan menulusurinya ke dokumen sumber dan
persetujuan
2) Ukuran sampel dapat dikembangkan
dengan biaya tambahan yang relative kecil.
3) Auditor dapat secara independen
menjalankan pengujian
Jika auditor memutuskan untuk
menggunakan simulasi pararel, maka perhatian haris diberikan guna menentukan
bahwa data yang terpilih untuk simulasi mewakili transaksi aktual klien. Juga
bahwa sistem klien dapat melakukan operasi yang berada diluar kapasitas perangkat
lunak komputer.
b) Data pengujian
Dengan
pendekatan ini transaksi buatan disiapkan oleh auditor dan diproses menurut
pengendalian auditor dengan program computer klien. Metode ini memiliki
beberapa kekurangan yaitu :
4) Program klien diuji hanya pada
titik waktu tertentu dan tidak sepanjang periode
5) Metode yang digunakan adalah
suatu pengujian dimana hanya pengendalian yang ada dan yang berfungsi yang
diuji oleh program
6) Tidak terdapat pemeriksaan
dokumentasi secara actual diproses oleh system
7) Operator computer mengetahui
bahwa data pengujian sedang dijalankan, sehigga dapat mengurangi validitas
output
8) Lingkup pengujian terbatas pada
imajinasi auditor dan pengetahuan tentang pengendalian dalam aplikasi
c) Fasilitas pengujian integrasi
Pendekatan
ini membutuhkan pembentukan suatu subsistem yang kecil dalam system teknologi
informasi regular. Data pengujian, yang diberi kode secara khusus untuk
berhubungan dengan file master buatan, diperkenalkan ke dalam system bersamaan
dengan transaksi actual. Metode ITF memiliki kelemahan yaitu, risiko potensial
terjadinya kekeliruan dalam data klien. Selain itu, modifikasi juga mungkin
diperlukan dalam program klien untuk mengakomodasi data buatan.
d) Pemantauan yang berkelanjutan
terhadap system OLRT
Pendekatan
ini tidak digunakan secara luas oleh auditor karena kontaminasi terhadap file
data dan kesulitan dalam menyimpan data hipotesis. Modul audit ini menyediakan
suatu cara bagi auditor untuk memilih transaksi yang memiliki karakteristik
penting bagi auditor.
1) Memberi label pada transaksi.
Meliputi penempatan suatu indicator atau label pada transaksi tertentu. Adanya
label ini mebuat transaksi dapat ditelusuri melalui system ketika sedang
diproses.
2) Log audit. Adalah suatu catatan
mengenai aktivitas pemrosesan tertentu, digunakan untuk mencatat kejadian yang
memenuhi criteria yang ditentukan auditor ketika mereka muncul pada titik
tertentu dalam system.
3. Menilai pengendalian teknologi
informasi
Proses
untuk menilai risiko pengendalian adalah sama baik ketika klien menggunakan
pengendalian manual, pengendalian yang mengambil keuntungan teknologi informasi
atau keduanya. Penting untuk (1) mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh
dari prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman, (2) mengidentifikasikan salah
saji potensial yang muncul dalam asersi, (3) mengidentifikasi pengendalian yang
diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji tersebut,
(4) melaksanakan pengujian pengendalian, (5) mengevaluasi bukti dan membuat
penilaian.
Menurut
IAPI (SPAP seksi 314 alinea 5-8) Pengendalian intern atas pengolahan komputer, yang dapat
membantu pencapaian tujuan pengendalian intern secara keseluruhan, mencakup baik prosedur
manual maupun prosedur yang didesain dalam program komputer. Prosedur
pengendalian manual dan komputer terdiri atas pengendalian menyeluruh yang
berdampak terhadap lingkungan SIK (pengendalian umum SIK) dan pengendalian khusus atas
aplikasi akuntansi (pengen aplikasi SIK).
a) Pengendalian Umum SIK
Tujuan pengendalian umum (general control) SIK adalah
untuk membuat rerangka pengendalian menyeluruh atas aktivitas SIK dan untuk
memberikan tingkat keyakinan memadai
bahwa tujuan pengendalian intern secara keseluruhan dapat tercapai.
Pengendalian umum meliputi:
a. Pengendalian
organisasi dan manajemen-didesain untuk menciptakan rerangka organisasi
aktivitas
SIK, yang mencakup:
(1) Kebijakan
dan prosedur yang berkaitan dengan fungsi pengendalian.
(2) Pemisahan semestinya fungsi yang
tidak sejalan (seperti penyiapan transaksi masukan, pemrograman, dan operasi komputer).
b.
Pengendalian terhadap pengembangan
dan pemeliharaan sistem aplikasi-didesain untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa sistem dikembangkan dan dipelihara dalam suatu cara yang
efisien dan melalui proses otorisasi semestinya. Pengendalian ini juga didesain
untuk menciptakan pengendalian atas:
(1) Pengujian,
perubahan, implementasi, dan dokumentasi sistem baru atau sistem yang direvisi.
(2) Perubahan
terhadap sistem aplikasi.
(3) Akses
terhadap dokumentasi sistem.
(4) Pemerolehan sistem aplikasi dan listing program
dari pihak ketiga.
c.
Pengendalian terhadap operasi
sistem-didesain untuk mengendalikan operasi sistem dan untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa:
(1) Sistem
digunakan hanya untuk tujuan yang telah diotorisasi.
(2) Akses ke operasi
komputer dibatasi hanya bagi karyawan yang telah mendapat otorisasi.
(3) Hanya program yang
telah diotorisasi yang digunakan.
(4) Kekeliruan pengolahan dapat dideteksi
dan dikoreksi.
d.
Pengendalian terhadap perangkat lunak sistem-didesain
untuk memberikan keyakinan memadai bahwa perangkat lunak sistem diperoleh atau
dikembangkan dengan cara yang efisien dan melalui proses otorisasi semestinya,
termasuk:
(1) Otorisasi,
pengesahan, pengujian, implementasi, dan dokumentasi perangkat lunak sistem
baru dan modifikasi perangkat lunak sistem.
(2) Pembatasan
akses terhadap perangkat lunak dan dokumentasi sistem hanya bagi karyawan
yang telah mendapatkan otorisasi.
e.
Pengendalian terhadap entry data dan
program-didesain untuk memberikan keyakinan bahwa:
(1) Struktur
otorisasi telah ditetapkan atas transaksi yang dimasukkan ke dalam sistem.
(2) Akses ke data dan program
dibatasi hanya bagi karyawan yang telah mendapatkan otorisasi.
Terdapat
penjagaan keamanan SIK yang lain yang memberikan kontribusi terhadap kelangsungan
pengolahan SIK. Hal ini meliputi:
a. Pembuatan cadangan data program
komputer di lokasi di luar perusahaan.
b.
Prosedur pemulihan untuk digunakan jika terjadi pencurian, kerugian,
atau penghancuran data baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
c.
Penyediaan pengolahan di lokasi di luar perusahaan dalam hal terjadi
bencana.
b) Pengendalian Aplikasi SIK
Tujuan pengendalian aplikasi (application control) SIK adalah
untuk menetapkan prosedur pengendalian khusus atas aplikasi akuntansi
untuk memberikan keyakinan memadai bahwa semua transaksi telah
diotorisasi dan dicatat, serta diolah seluruhnya, dengan cermat, dan tepat
waktu. Pengendalian aplikasi mencakup:
a.
Pengendalian atas masukan-didesain untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa:
(1) Transaksi diotorisasi sebagaimana
semestinya sebelum diolah dengan komputer.
(2) Transaksi
diubah dengan cermat ke dalam bentuk yang dapat dibaca mesin dan dicatat dalam file data
komputer.
(3) Transaksi
tidak hilang, ditambah, digandakan, atau diubah tidak semestinya.
(4) Transaksi
yang keliru ditolak, dikoreksi, dan jika perlu, dimasukkan kembali secara tepat
waktu.
b.
Pengendalian atas pengolahan dan file data komputer-didesain
untuk memberikan keyakinan memadai bahwa
(1)
Transaksi, termasuk transaksi yang dipicu
melalui sistem, diolah semestinya oleh komputer.
(2) Transaksi
tidak hilang, ditambah, digandakan, atau diubah tidak semestinya.
(3) Kekeliruan
pengolahan diidentifikasi dan dikoreksi secara tepat waktu.
c.
Pengendalian
atas keluaran-didesain untuk memberikan keyakinan memadai bahwa:
(1) Hasil
pengolahan adalah cermat.
(2) Akses terhadap
keluaran dibatasi hanya bagi karyawan yang telah mendapatkan otor
(3) Keluaran disediakan secara tepat waktu
bagi karyawan yang mendapatkan oton semestinya.
d. Pengendalian masukan,
pengolahan, dan keluaran dalam sistem on-line
(1) Pengendalian
masukan pada sistem on-line-didesain
untuk memberikan key bahwa:
-
Transaksi di-entry ke terminal yang semestinya.
-
Data di-entry
dengan cermat.
-
Data di-entry ke periode akuntansi yang semestinya.
-
Data yang di-entry telah diklasifikasikan dengan benar
dan pada nilai transaks' sah (valid).
-
Data yang tidak sah (invalid) tidak di-entry pada saat
transmisi.
-
Transaksi
tidak di-entry lebih dari sekali.
-
Data yang di-entry tidak hilang selama masa transmisi berlangsung.
-
Transaksi
yang tidak berotorisasi tidak di-entry selama
transmisi berlangsung.
(2) Pengendalian
pengolahan pada sistem on-line--didesain untuk memberikan keyakinan bahwa:
(i)
Hasil penghitungan telah diprogram dengan benar.
(ii) Logika yang
digunakan dalam proses pengolahan adalah benar.
(iii) File yang digunakan dalam proses
pengolahan adalah benar.
(iv)
Record yang
digunakan dalam proses pengolahan adalah benar.
(v)
Operator telah memasukkan data ke komputer console yang
semestinya.
(vi)
Tabel yang digunakan selama proses pengolahan adalah benar.
(vii)
Selama proses pengolahan telah digunakan standar operasi (default) yang semestinya.
(viii)
Data yang tidak sah tidak digunakan dalam proses pengolahan.
(ix)
Proses pengolahan tidak menggunakan program dengan versi yang salah.
(x)
Hasil penghitungan yang dilakukan secara otomatis oleh program adalah
sesuai dengan kebijakan manajemen entitas.
(xi)
Data masukan yang diolah adalah data yang berotorisasi.
(3) Pengendalian
keluaran pada sistem on-line-didesain untuk memberikan
keyakinan bahwa:
(i)
Keluaran yang diterima oleh entitas adalah tepat dan lengkap.
(ii)
Keluaran yang diterima oleh entitas adalah terklasifikasi.
(iii)
Keluaran didistribusikan ke personel yang berotorisasi.
Tabel 2
dan 3 masing-masing menunjukkan contoh-contoh salah saji potensial serta
pengendalian yang diperlukan untuk pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
Salah saji potensial
|
Pengendalian yang diperlukan
|
Kemungkinan pengujian pengendalian
|
PENGENDALIAN
ORGANISASI DAN OPERASI
|
||
Operator
komputer dapat memodifikasi program ke dalam pengendalian terprogram
|
Pemisahan
tugas dalam teknologi informasi untuk pemrograman komputer dan pengoperasian
komputer
|
Mengamati
pemisahan tugas dalam teknologi informasi
|
Personel
teknologi informasi dapt memulai dan memproses transaksi tanpa otorisasi
|
Pemisahan
tugas antar departemen pemakai dan teknologi informasi untuk memulai dan
memproses transaksi
|
Mengamati
pemisahan tugas antara departemen pemakai dan pemrosesan data elektronik
|
PENGENDALIAN
PENGEMBANGAN SISTEM DAN PENDOKUMENTASIAN
|
||
Rancangan
sistem mungkin tidak memenuhi kebutuhan departemen pemakai atau auditor
|
Partisipasi
personel dari departemen pemakai dan audit internal dalam merancang dan
menyetujui sistem baru
|
Pertanyaan
mengenai partisipan yang terlibat dalam perancangan sistem baru, memeriksa
bukti untuk persetujuan sistem baru
|
Perubahan
program yang tidak diotorisasi dapat menghasilkan kekeliruan pemrosesan yang
tidak diantisipasi
|
Pemeriksaan
intern mengenai otorisasi yang tepat, pengujian dan pendokumentasian dari
perubahan program sebelum pengimplementasian
|
Memeriksa
bukti verifikasi intern; menelusuri perubahan program ke dokumentasi yang
mendukung
|
PENGENDALIAN
PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM
|
||
Kerusakan
peralatan dapat menghasilkan kekeliruan pemrosesan
|
Pengendalian
perangkat keras dan perangkat lunak sistem untuk mendeteksi kerusakan
|
Memeriksa
spesifikasi perangkat keras dan lunak sistem
|
Perubahan
yang tidak diotorisasi dalam perangkat lunak sistem dapat menghasilkan
kekeliruan pemrosesan
|
Persetujuan
dan pendokumentasian dari semua perubahan.
|
Memeriksa
bukti dan persetujuan pendokumentasian perubahan.
|
PENGENDALIAN
AKSES
|
||
Pemakai
tanpa otorisasi dapat memeperoleh akses terhadap peralatab teknologi
informasi
|
Keamanan
fisik dan fasilitas teknologi informasi; tinjauan manajemen mengenai laporan
penggunaan.
|
Memeriksa
pengaturan keamanan dan laporan penggunaan
|
Arsip
data dan program dapat diperbarui oelh pemakai yang tidak memiliki otorisasi
|
Penggunaan
perpusatakaan, pustakawan, dan log untuk membatasi dan mengawasi pemakaian
|
Memeriksa
fasilitas dan log
|
PENGENDALIAN
DATA DAN PROSEDUR
|
||
Kekeliruan
dapat terjadi dalam memasukkan atau memproses data dan mendistribusikan
keluaran
|
Penggunaan
kelompok pengendalian data yang bertanggungjawab untuk memelihara
pengendalian terhadap data masukan, pemrosesan dan output.
|
Mengamati
pengopersian kelompok pegendalian data
|
Kontinuitas
pengoperasian dapat terganggu oleh suatu bencana seperti kebakaran atau
banjir
|
Rencana
kontijensi termasuk pengaturan untuk penggunaan fasilitas cadangan
|
Memeriksa
rencana kontijensi
|
Arsip
data dan program dapat rusak atau hilang
|
Penyimpanan
arsip cadangan dan program off premise; ketentuan untuk rekonstruksi arsip
data
|
Memeriksa
fasilitas penyimpanan; mengevalusasi kemampuan rekonstruksi arsip
|
Tabel
2: pertimbangan penilaian risiko pengendalian untuk pengendalian umum
pemrosesan data elektronik (EDP)
Salah saji potensial
|
Pengedalian yang diperlukan
|
Kemungkinan pengujian pengendalian
|
PENGENDALIAN
INPUT
|
||
Data
untuk transaksi yang tidak diotorisasi dapat diserahkan untuk diproses
|
Otorisasi
dan persetujuan data dari departemen pemakai; pengendalian aplikasi
membandingkan data dengan otorisasi sebelumnya
|
Memeriksa
dokumen sumber dan untuk membuktikan persetujuan; pengujian aplikasi,
pengendalian dengan CAATs, dan mneguji tindak lanjut manual
|
Data
yang valid dapat secara tidak benar dikonversikan dalam bentuk yang dapat
dibaca oleh mesin
|
Pemeriksaan;
komputer, total pengendalian
|
Mengamati
verifikasi data prosedur, menggunakan CAATs untuk menguji rutinitas dan
menguji tindak lanjut manual; memeriksa rekonsiliasi total pengendalian.
|
Kekeliruan
pada dokumen sumber tidak dapat diperbaiki dan diserahkan ulang
|
Pemeliharaan
dari log kekeliruan; pengembalian kepada departemen pengguna untuk
diperbaiki; tindak lanjut manual
|
Memeriksa
log dan bukti tindak lanjut.
|
PENGENDALIAN
PEMROSESAN
|
||
Arsip
yang salah mungkin diproses dan diperarui
|
Penggunaan
label arsip eksternal dan internal
|
Mengamati
penggunaan label arsip eksternal; memeriksa pendokumentasian label arsip
internal
|
Data
mungkin hilang, ditambahkan, digandakan, atau diubah selam pemrosesan
|
Penggunaan
total pengendalian, batasan dan pengujian, pengujian urutan
|
Memeriksa
bukti pengendalian rekonsiliasi total, menggunakan CAAT untuk menguji
pengendalian komputer dan menguji tindak lanjut manual
|
PENGENDALIAN
OUTPUT
|
||
Output
mungkin tidak benar
|
Rekonsiliasi
total oleh kelompok pengendalian data atau departemen pengguna
|
Memeriksa
bukti rekonsiliasi
|
Output
mungkin didistribusikan kepada pemakai yang tidak memiliki otorisasi
|
Penggunaan
lembar pengendalian distribusi laporan; monitoring kelompok pengendalian
data.
|
Memeriksa
lembar pengendalian pendistribusian laporan, mengamati monitoring kelompok
pengendalian data.
|
Tabel
3: pertimbangan penilaian risiko pengendalian untuk pengendalian aplikasi
komputer
C. DAMPAK DARI STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN
1. Pendekatan substantif utama
Pendekatan
ini tidak memerlukan perluasan prosedur sehingga komponen pengendalian intern
aktivitas pengendalian. Tingkat pemahaman dan pendokumentasian dari keempat
komponen lain dari pengendalian intern mungkin juga lebih sempit. Asumsi adanya
salah satu dari hal-hal :
a. Tidak terdapat pengendalian
intern signifikan yang berkaitan dengan asersi
b. Setiap pengendalian intern yang
relevan mungkin tidak efektif
c. Tidak efisien untuk memperoleh
bukti guna mengevaluasi efektivitas pengendalian intern yang relevan
Jika diperoleh bukti terbatas
mengenai efektivitas dari rancangan dan pengoperasian pengendalian intern untuk
suatu asersi, auditor dapat membuat penilaian awal dari risiko pengendalian
sedikit dibawah tingkat maksimum. Agar efisien dalam hal biaya, kombinasi biaya
dalam melaksanakan (1) pengujian pengendalian tambahan, dan (2) pengujian
substantive yang diperlukan dengan asumsi adanya risiko pengendalian yang lebih
rendah dari biaya pelaksanaan tingkat pengujian substantive yang lebih tinggi, yang
diperlukan oleh pendekatan substantive utama.
2. Tingkat risiko pengendalian yang
dinilai lebih rendah
Berdasarkan
bukti dari prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman, auditor mungkin menemukan
bahwa berlawanan dengan ekspektasi, satu atau lebih dari ketiga kondisi yang
disebutkan dalam bagian sebelumnya bersinggungan.
Jika
auditor tetap melaksanakan pendekatan tingkat risiko pengendalian yang dinilai
lebih rendah, auditor akan merencanakan dan melaksanakan pengujian tambahan
yang diperlukan untuk memperoleh bukti yang diperlukan guna mendukung penilaian
tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada tingkat sedang atau rendah.
Penilaian
akhir dan dasar penilaian tersebut kemudian didokumentasikan ke dalam kertas
kerja. Jika bukti pengendalian mengarah pada penilaian tingkat risiko
pengendalian actual pada tingkat sedang, maka revisi dari pengujian substantive
untuk mendukung sautu tingkat risiko pendeteksian yang lebih rendah akan
sesuai.
D. MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN
Tujuan
menilai risiko pengendalian adalah membantu auditor dalam membuat pertimbangan
mengenai risiko salah saji material dalam asersi laporan keuangan. Untuk mencapai hal tersebut,
auditor harus mengevaluasi baik efektivitas dari rancangan maupun efektivitas
dari pengoperasian pengujian pengendalian.
Pengujian
pengendalian yang dirancang untuk mengevaluasi efektivitas operasi dari suatu
pengendalian berkaitan dengan (1) bagaimana pengendalian diterapkan, (2)
konsistensi ketika pengendalian diterapkan selama periode, dan (3) oleh siapa pengendalian
diterapkan. AU 319.53 menyatakan bahwa pengujian untuk memperoleh bukti semacam
ini normalnya meliputi:
1. Pertanyaan terhadap personel
entitas yang sesuai
2. Pemeriksaan dokumen, laporan,
atau arsip elektronik, yang menunjukkan pelaksanaan pengendalian
3. Pengamatan atas penerapan
pengendalian
4. Pelaksanaan ulang dari penerapan
pengendalian oleh auditor
Oleh
karena banyak perusahaan yang menggunakan prosedur pengendalian
terkomputerisasi, maka pelaksanaan ulang dapat mengambil bentuk dengan
menggunakan teknik audit berbbantuan komputer/CAAT. Pengguna dapat menyediakan
bukti mengenai baik rancangan yang efektif maupun pengopersaian pengendalian.
Menurut
IAPI (SPAP 319.64), Apabila auditor menaksir
risiko pengendalian di bawah tingkatan maksimum, ia harus memperoleh bukti audit yang cukup untuk
mendukung tingkat risiko pengendalian taksiran tersebut. Bukti audit yang cukup
untuk mendukung tingkat risiko pengendalian taksiran merupakan masalah pertimbangan auditor. Bukti audit sangat
bervariasi dalam memberikan keyakinan
kepada auditor pada waktu mengembangkan tingkat risiko pengendalian taksiran. Tipe bukti, sumber,
ketepatan waktu, dan keberadaan bukti lain yang berhubungan dengan kesimpulan yang dituju, semuanya mempengaruhi tingkat
keyakinan yang dapat diberikan oleh
bukti audit.
a) Tipe Bukti Audit
Sifat pengendalian tertentu yang berkaitan dengan suatu
asersi mempengaruhi tipe bukti audit yang tersedia untuk mengevaluasi
efektivitas desain atau operasi peng tersebut. Untuk beberapa pengendalian, dokumentasi desain
atau operasinya mungkin ada Dalam hal
tersebut, auditor dapat memutuskan untuk melakukan inspeksi terhadap dokumentasi
untuk mendapatkan bukti audit tentang efektivitas desain atau operasinya.
Namun, untuk pengendalian lain, dokumentasi demikian
mungkin tidak tersedia atau tidak relevan. Misalnya, dokumentasi mengenai desain
atau operasi mungkin tidak ada untuk
beberapa faktor lingkungan pengendalian, seperti penetapan wewenang dan
tanggung jawab, atau untuk beberapa tipe aktivitas pengendalian, seperti
mengenai pemisahan tugas atau beberapa
aktivitas pengendalian yang dilakukan dengan komputer. Dalam keadaan ini, bukti audit mengenai efektivitas desain atau
operasi dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan atau dengan menggunakan teknik audit berbantuan komputer
untuk melaksanakan ulang,pengendalian yang relevan
b) Sumber Bukti Audit
Pada umumnya, bukti audit mengenai efektivitas desain dan
operasi pengendalian yang diperoleh langsung oleh auditor, misalnya dengan
jalan pengamatan, memberikan keyakinan yang lebih besar daripada bukti audit yang
diperoleh secara tidak langsung atau dengan mengambil kesimpulan, misalnya dari permintaan
keterangan. Sebagai contoh, bukti audit
mengenai pemisahan fungsi yang semestinya, yang diperoleh auditor dengan
pengamatan langsung secara pribadi
atas orang yang menerapkan prosedur pengendalian, biasanya memberikan keyakinan lebih besar daripada yang
diperoleh melalui permintaan keterangan tentang orang tersebut. Namun, auditor harus mempertimbangkan, bahwa
penerapan pengendalian yang diamati, mungkin tidak dilaksanakan dengan
cara yang sama, jika auditor tidak hadir.
Dengan jalan meminta keterangan saja, pada umumnya tidak
memberikan bukti audit yang cukup untuk mendukung kesimpulan tentang
efektivitas desain dan operasi pengendalian tertentu. Apabila auditor menentukan bahwa
prosedur pengendalian atas asersi tertentu dapat berpengaruh signifikan dalam mengurangi
risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah, biasanya is perlu melakukan pengujian
tambahan untuk mendapatkan bukti audit yang cukup dalam mendukung kesimpulan
mengenai efektivitas desain dan operasi pengendalian tersebut.
c) Ketepatan Waktu Bukti Audit
Ketepatan waktu bukti audit berkaitan dengan kapan bukti
itu diperoleh dan hubungannya dengan bagian dari masa audit yang l
ersangkutan. Dalam mengevaluasi tingkat keyakinan yang diberikan oleh suatu bukti, auditor harus
memperhatikan bahwa bukti audit yang
diperoleh dengan beberapa pengujian atas pengendalian, misalnya dengan pengamatan,
hanya tepat untuk waktu tertentu,
pada saat prosedur tersebut diterapkan oleh auditor. Sebagai akibatnya, bukti audit tersebut mungkin tidak
cukup untuk mengevaluasi efektivitas desain dan operasi pengendalian untuk masa yang tidak termasuk dalam pengujian
tersebut. Dalam hal demikian, auditor mungkin memutuskan untuk menambah
pengujian dengan pengujian atas pengendalian
lainnya, untuk dapat memberikan bukti audit untuk seluruh masa yang diaudit. Sebagai contoh, untuk aktivitas
pengendalian yang dilakukan dengan program komputer, auditor mungkin menguji pelaksanaan pengendalian pada satu
waktu tertentu untuk mendapatkan bukti apakah program tersebut melakukan
pengendalian secara efektif. Kemudian
auditor dapat melakukan pengujian atas pengendalian yang diarahkan terhadap desain dan operasi aktivitas pengendalian
lainnya, yang berhubungan dengan modifikasi dan penggunaan program komputer tersebut selama masa yang diaudit, untuk
mendapatkan bukti apakah aktivitas pengendalian yang sudah diprogramkan bekerja
secara konsisten selama masa yang
diaudit.
Bukti audit tentang efektivitas desain dan operasi
pengendalian yang diperoleh pada audit sebelumnya, dapat dipertimbangkan oleh auditor
dalam menaksir risiko pengendalian untuk tahun sekarang. Dalam mengevaluasi
penggunaan bukti audit seperti itu untuk masa sekarang, auditor harus
mempertimbangkan pentingnya asersi yang bersangkutan, pengendalian
tertentu yang dievaluasi dalam masa audit sebelumnya, tingkat efektivitas
desain dan operasi pengendalian tersebut yang dievaluasi, hasil pengujian atas
pengendalian yang digunakan
dalam melakukan evaluasi, dan bukti audit mengenai desain dan operasi yang
mungkin diperoleh dari pengujian substantif yang dilakukan dalam audit
sekarang. Auditor juga harus memperhatikan bahwa semakin lama waktu berlalu
sejak pelaksanaan pengujian pengendalian
untuk mendapatkan bukti audit mengenai risiko pengendalian, semakin kurang keyakinan yang dapat diberikannya.
Pada waktu mempertimbangkan bukti audit yang diperoleh
dari audit sebelumnya auditor harus mendapatkan bukti audit dari audit sekarang
mengenai apakah telah terjadi perubahan dalam pengendalian intern, termasuk perubahan
kebijakan, prosedur dan personel setelah audit yang lalu. Pertimbangan bukti audit mengenai
perubahan tersebut, bersama-sama dengan pertimbangan mengenai hal yang diuraikan dalam
paragraf terdahulu mendukung
penambahan atau pengurangan bukti audit tambahan yang harus dikumpulkan dalam audit sekarang mengenai efektivitas desain
dan operasi yang harus diperoleh dalam periode
sekarang.
Pada waktu auditor memperoleh bukti audit mengenai desain
dan operasi pengendalian selama masa interim, is harus menentukan
bukti audit tambahan apa yang harus diperoleh untuk masa yang tersisa. Dalam membuat
keputusan tersebut, auditor harus mempertimbangkan pentingnya asersi yang bersangkutan,
pengendalian khusus yang dievaluasi selama masa interim, tingkat
efektivitas desain dan operasi pengendalian yang dievaluasi tersebut,
hasil pengujian pengendalian yang digunakan dalam membuat evaluasi terhadap lamanya
waktu yang masih tersisa dan bukti audit mengenai desain dan operasi yang
mungkin diperoleh
dari pengujian substantif yang dilakukan dalam masa yang tersisa. Auditor harus
mendapatkan bukti audit tentang sifat dan
lingkup perubahan signifikan dalam pengendalian intern, termasuk perubahan kebijakan, prosedur dan personel, yang
terjadi setelah masa interim
d) Keterkaitan Bukti Audit
Auditor
harus mempertimbangkan pengaruh gabungan dari berbagai tipe bukti audit yang
ada kaitannya dengan suatu asersi dalam mengevaluasi tingkat keyakinan yang diberikan
oleh bukti audit. Dalam beberapa hal, satu tipe bukti audit saja mungkin tidak cukup untuk mengevaluasi efektivitas
desain dan operasi pengendalian. Untuk mendapatkan bukti audit memadai, auditor dapat melakukan pengujian pengendalian yang
berkaitan dengan pengendalian
tersebut. Misalnya; auditor mungkin mengamati bahwa pemrogram tidak diberi wewenang
mengoperasikan komputer. Karena pengamatan hanya berkaitan dengan waktu kegiatan tersebut dilakukan, auditor harus
melengkapi pengamatannya dengan permintaan keterangan mengenai seringnya
atau dalam hal apa pemrogram dapat melakukan akses ke komputer, dan mungkin memeriksa dokumentasi yang lalu, yang pemrogram
mencoba mengoperasikan komputer, untuk menentukan bagaimana usaha tersebut
dicegah atau dideteksi
Di samping
itu, dalam mengevaluasi tingkat keyakinan yang diberikan oleh bukti audit,
auditor harus mempertimbangkan keterkaitan lingkungan pengendalian perusahaan, penaksiran
risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.
Walaupun salah satu komponen pengendalian intern mungkin mempengaruhi sifat,
saat, dan lingkup pengujian substantif untuk asersi laporan keuangan tertentu,
auditor harus mempertimbangkan bukti audit untuk masing-masing
komponen dalam hubungannya dengan bukti audit mengenai komponen lainnya dalam
mempertimbangkan risiko pengendalian untuk asersi tertentu.
Pada
umumnya, apabila berbagai tipe bukti audit mendukung kesimpulan yang sama
mengenai desain dan operasi pengendalian, tingkat keyakinan yang diberikan oleh
bukti audit tersebut akan meningkat. Sebaliknya, apabila berbagai tipe bukti
audit mengakibatkan kesimpulan yang berbeda mengenai desain dan operasi
pengendalian keyakinan yang diberikan oleh bukti audit tersebut akan berkurang.
Misalnya, berdasarkan bukti audit bahwa lingkungan pengendalian
adalah efektif, auditor mungkin mengurangi jumlah lokasi penerapan prosedur audit.
Namun, apabila dalam mengevaluasi prosedur pengendalian tertentu, auditor mendapatkan bukti audit bahwa
prosedur pengendalian tersebut tidak efektif, ia mungkin mengevaluasi ulang kesimpulan mengenai lingkungan
pengendalian antara lain dengan menerapkan
prosedur audit pada lokasi tambahan.
Demikian
pula, bukti audit yang menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian tidak efektif dapat berdampak
negatif terhadap komponen yang tadinya efektif untuk asersi tertentu. Misalnya, lingkungan pengendalian yang
tampaknya memungkinkan perubahan yang
tidak diotorisasi dalam program komputer dapat mengurangi keyakinan yang
diberikan oleh bukti audit yang
diperoleh dari evaluasi atas efektivitas program pada suatu waktu tertentu. Dalam hal ini, auditor dapat memutuskan untuk
mendapatkan bukti audit tambahan mengenai desain dan operasi program tersebut selama masa yang diaudit. Misalnya,
auditor mungkin meminta dan mengawasi satu copy program dan mempergunakan teknik audit berbantuan
komputer untuk membandingkan copy
tersebut dengan program yang dipakai
perusahaan untuk memproses data.
Audit atas laporan keuangan adalah suatu proses kumulatif;
ketika auditor menaksir risiko
pengendalian, informasi yang diperoleh mungkin menyebabkan is mengubah sifat saat, dan lingkup pengujian pengendalian lain yang
sudah direncanakan untuk menaksir risiko
pengendalian. Di samping itu, mungkin ada informasi yang masuk ke dalam
perhatian auditor sebagai hasil
pelaksanaan pengujian substantif atau dari sumber lain selama melakukan audit, yang sangat berbeda dengan informasi yang
dijadikan dasar untuk perencanaan pengujian pengendalian dalam menaksir risiko pengendalian. Sebagai contoh, luasnya
salah saji yang ditemukan auditor
ketika melakukan pengujian substantif, mungkin mengubah pertimbangannya mengenai tingkat risiko
pengendalian taksiran. Dalam hal ini, auditor mungkin perlu mengevaluasi ulang prosedur substantif yang
direncanakan,yang berdasarkan atas
pertimbangan baru mengenai tingkat risiko pengendalian taksiran untuk seluruh
atau sebagian asersi laporan
keuangan.
E. PENGUJIAN KEPATUHAN
Dalam memenuhi standar auditing
kedua, perlu dibedakan antara prosedur pemahaman atas struktur pengendalian
intern dan pengujian pengendalian (test of controls). Dalam pelaksanaan standar tersebut,
auditor melaksanakan prosedur pemahaman struktur pengendalian intern dengan
cara mengumpulkan informasi tentang desain struktur pengendalian intern dan
informasi apakah desain tersebut dilaksanakan. Di samping itu, pelaksanaan
standar tersebut juga mengharuskan auditor melakukan pengujian terhadap
efektivitas struktur pengendalian intern dalam mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan. Pengujian ini desebut dengan pengujian pengendalian (test of
controls).
Untuk menguji kepatuhan
terhadapa pengendalian intern, auditor melakukan dua macam pengendalian:
1. Pengujian adanya kepatuhan
terhadap struktur pengendalian intern.
Untuk
menentukan apakah informasi mengenai struktur pengendalian yang dikumpulkan
oleh auditor benar-benar ada, auditor melakukan dua macam pengujian :
a) Pengujian transaksi dengan cara
mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu.
Dalam
membuktikan adanya kepatuhan pengendalian intern, auditor dapat memilih
transaksi tertentu, kemudian melakukan pengamatan adanya unsur-unsur strukur
pengendalian intern dalam transaksi tersebut, sejal transaksi tersebut dimulai
sampai dengan selesai. Misalnya auditor memilih transaksi penerimaan kas dari
piutang sebagai objek yang akan dibuktikan adanya kepatuhan pengendalian
internnya. Auditor melakukan pengamatan unsur-unsur struktur pengendalian sejak
dari cek diterima oleh fungsi penerima surat sampai dengan cek disetor oleh
fungsi penerima cek disetor oleh fungsi penerima kas ke bank. Pengujian transaksi tersebut dapat
berupa :
a. Pengamatan (mungkin bersifat
mendadak) terhadap penerimaan cek dan surat pemberitahuan dari debitur yang
dilakukan oleh fungsi penerima surat. Auditor mengamati pembuatan daftar surat
pemberitahuan oleh fungsi penerima surat dan cek ke fungsi penerima kas serta
pengiriman surat pemberitahuan dan daftar surat pemberitahuan ke fungsi pencatat
piutang.
b. Pengamatan terhadap pembuatan
bukti setor bank. Auditor mengamati endorsement atas setiap cek oleh pejabat
yang berwenang, memastikan bahwa jumlah cek yang diterima disetor segera ke
bank dengan melakukan rekonsiliasi bukti setor bank dengan daftar surat
pemberitahuan yang dibuat oleh fungsi penerima surat.
c. Pengamatan penyetoran cek ke
bank. Dalam hal tertentu auditor tidak melakuakn pengamatan penyetotan cek ke
bank, namun menempuh konfirmasi ke bank untuk memastikan bahwa jumlah kas yang
diterima dari piutang disetor seleruhnya ke bank dengan segera.
d. Pemeriksaan atas pencatatan
penerimaan kas dari debitur tersebut ke dalam kartu pitang debitur yang
bersangkutan dan ke dalam jurnal penerimaan kas.
b) Pengujian transaksi tertentu
yang telah terjadi dan telah dicatat.
Dalam
membuktikan adanya kepatuhan pengendalian intern, auditor dapat memilih
transaksi tertentu, kemudian melakukan pengamatan adanya unsur-unsur strukur
pengendalian intern dalam transaksi tersebut, sejal transaksi tersebut dimulai
sampai dengan selesai. Misalnya auditor memilih transaksi penerimaan kas dari
piutang sebagai objek yang akan dibuktikan adanya kepatuhan pengendalian
internnya. Auditor melakukan pengamatan unsur-unsur struktur pengendalian sejak
dari cek diterima oleh fungsi penerima surat sampai dengan cek disetor oleh
fungsi penerima cek disetor oleh fungsi penerima kas ke bank. Pengujian transaksi tersebut dapat
berupa :
a. Pengamatan (mungkin bersifat
mendadak) terhadap penerimaan cek dan surat pemberitahuan dari debitur yang
dilakukan oleh fungsi penerima surat. Auditor mengamati pembuatan daftar surat
pemberitahuan oleh fungsi penerima surat dan cek ke fungsi penerima kas serta
pengiriman surat pemberitahuan dan daftar surat pemberitahuan ke fungsi
pencatat piutang.
b. Pengamatan terhadap pembuatan
bukti setor bank. Auditor mengamati endorsement atas setiap cek oleh pejabat
yang berwenang, memastikan bahwa jumlah cek yang diterima disetor segera ke
bank dengan melakukan rekonsiliasi bukti setor bank dengan daftar surat pemberitahuan
yang dibuat oleh fungsi penerima surat.
c. Pengamatan penyetoran cek ke
bank. Dalam hal tertentu auditor tidak melakuakn pengamatan penyetotan cek ke
bank, namun menempuh konfirmasi ke bank untuk memastikan bahwa jumlah kas yang
diterima dari piutang disetor seleruhnya ke bank dengan segera.
d. Pemeriksaan atas pencatatan
penerimaan kas dari debitur tersebut ke dalam kartu pitang debitur yang
bersangkutan dan ke dalam jurnal penerimaan kas.
dalam
hal tertentu, auditor seringkali melakukan pengujian pengendalian terhadap
transaksi tertentu yang telah terjadi dan telah dicatat dalam catatan
akuntansi. Dalam hal ini auditor harus memilih transaksi tertentu kemudian
mengikuti pelaksanaanya (reperforming) sejak awal sampai selesai, melalui dokumen-dokumen
yang dibuat dalam transaksi tersebut dan pencatatannya dalam catatan akuntansi.
Sebagai contoh untuk menyelidiki apah sistem pembelian benar-benar dilaksanakan
sesuai dengan yang tercantum dalam Buku Panduan Sistem Akuntansi, auditor
memeriksa surat permintaan pembelian, surat penawaran harga, surat order
pembelian, laporan penerimaan barang dan bukti kas keluar. Informasi yang perlu
diperiksa di sini adalah tanda tangan otorisasi pejabat yang berwenang, untuk
membuktikan apakah sistem otorisasi yang telah ditetapkan benar-benar
dilaksanakan.
2. Pengujian tingkat kepatuhan
terhadap struktur pengendalian intern.
Dalam
pengujian pengendalian terhadap pengendalian intern, auditor tidak hanya
berkepentingan terhadap eksistensi unsur-unsur struktur pengendalian intern,
namun auditor juga berkepentingan terhadap tingkat kepatuhan klien terhadap
pengendalian intern. Dalam pengujian tingkat kepatuhan klien terhadap
pengendalian intern pembelian, auditor dapat menempuh prosedur audit berikut
ini :
a) Mengambil sampel bukti kas masuk
dan memeriksa kelengkapan dokumen pendukungnya (surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktur dari pemasok) serta tanda tangan pejabat yang
berwenang baik dalam bukti kas keluar maupun dokumen pendukungnya. Tujuan pengujian
ini adalah untukmendapat kepastian transaksi pembelian telah diotorasi oleh
pejabat-pejabat berwenang.
b) Melaksanakan pengujian bertujuan
ganda (dual-purpose test), yang merupakan kombinasi antara pengujian yang
tujuannya untuk menilai efektivitas pengendalian intern (pengujian
pengendalian) dan pengujian yang tujuannya menilai kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan (pengujian substantif).
F. PERTIMBANGAN TAMBAHAN
Auditor
secara khusus pertama kali menilai risiko pengendalian untuk asersi yang
berkenaan dengan kelas transaksi seperti penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Penilaian tersebut kemudian digunakan untuk menilai risiko pengendalian asersi
saldo akun yang signifikan sehingga kesesuaian dari tingkat pengujian
substantif yang direncanakan untuk saldo akun dapat ditentukan, dan pengujian
substantif khusus dapat dirancang. Proses dipertimbangkan selanjutnya, pertama
untuk akun-akun yang dipengaruhi oleh suatu kelas transaksi tunggal dan
kemudian untuk akun-akun yang dipengaruhi oleh kelas transaksi ganda.
1. Menilai risiko pengendalian
untuk asersi saldo akun yang dipengaruhi oleh suatu kelas transaksi tunggal
Proses
menilai risiko pengendalian untuk asersi saldo akun langsung ditujukan kepada
akun-akun yang dipengaruhi oleh suatu kelas transaksi tunggal. Hal ini
merupakan kasus dalam kebanyakan akun laporan laba rugi. Sebagai contoh,
penjualan meningkat oleh kredit untuk transksi penjualan dalam siklus
pendapatan, dan banyak akun beban meningkat dengan mendebet transaksi pembelian
dalam siklus pengeluaran. Dalam kasus ini, penilaian risiko pengendalian
auditor untuk setiap asersi saldo akun adalah sama dengan penilaian risiko
pengendalian untuk asersi kelas transaksi yang sama. Sebagai contoh, penilaian
risiko pengendalian atas asersi keberadaan atau keterjadian untuk saldo akun
penjualan seharusnya sama dengan penilaian risiko pengendalian atas asersi
keberadaan atau keterjadian untuk transaksi penjualan. Demikian pula, penilaian
risiko pengendalian atas asersi pengendalian atas asersi penilaian atau alokasi
untuk kebanyakan beban harus sama dengan asersi penilaian atau alokasi untuk
transaksi pembelian.
2. Menilai risiko pengendalian
untuk asersi saldo akun yang dipengaruhi oleh suatu kelas transaksi ganda
Banyak
akun neraca yang secara signifikan dipengaruhi oleh lebih dari satu kelas
transaksi. Sebagai contoh, saldo kas ditingkatkan oleh transaksi penerimaan kas
dalam siklus pendapatan dan diturunkan oleh transaksi pengeluaran kas dalam
siklus pengeluaran. Dalam kasus ini, menilai risiko pengendalian untuk suatu
asersi saldo akun memerlukan pertimbangan atas penilaian risiko pengendalian
yang relevan untuk setiap kelas transaksi yang secara signifikan mempengaruhi
neraca. Oleh karena itu, penilaian risiko pengendalian atas asersi penilaian
atau alokasi untuk saldo kas didasarkan pada penilaian risiko pengendalian
untuk asersi penilaian atau alokasi baik untuk transaksi penerimaan kas maupun
transaksi pengeluaran kas.
Untuk
suatu akun yang dipengaruhi lebih dari satu kelas transaksi, penilaian risiko
pengendalian untuk suatu asersi saldo akun tertentu didasarkan pada penilaian
risiko pengendalian untuk asersi yang sama yang berkenaan dengan semua kelas
transaksi dipengaruhi saldo akun tersebut, dengan satu pengecualian utama. Penilaian
risiko pengendalian untuk asersi keberadaan atau keterjadian dan asersi
kelengkapan untuk satu kelas transaksi yang menurunkan saldo akun berhubungan
dengan asersi berlawanan yang dipengaruhi. Hal ini, yang mungkin merupakan
hubungan yang tidak diharapkan, diilustrasikan dalam Gambar 1. gambar ini
menunjukkan penilaian risiko pengendalian yang relevan dengan asersi kelas
transaksi yang digunakan untuk menilai risiko pengendalian dari asersi
keberadaan atau keterjadian dan asersi kelengkapan untuk saldo kas.
Asersi
Saldo Kas di mana Risiko Pengendalian Dinilai
|
Penilaian
Risko Pengendalian yang Relevan untuk Kelas Transaksi yang Mempengaruhi Saldo
Kas
|
Penjelasan
|
Keberadaan
atau Kejadian
|
Keberadaan
atau keterjaidan dari penerimaan kas meningkatkan risiko.
|
Jika
beberapa penerimaan kas yang tercatat tidak terjadi, sebagian dari saldo kas
tidak ada.
|
Keberadaan
atau keterjadian pengeluaran kas yang menurunkan saldo.
|
Jika
beberapa pengeluaran kas yang tercatat tidak muncul, saldo kas tidak lengkap.
|
|
Kelengkapan
|
Kelengkapan
dari pengeluaran kas yang menurunkan saldo.
|
Jika
beberapa pengeluaran kas tidak dicatat, bagian dari saldo kas tidak ada lagi
|
Kelengkapan
dari penerimaan kas yang meningkatkan saldo.
|
Jika
beberapa penerimaan kas tidak dicatat, saldo kas tidak lengkap
|
Tabel 4 : Mengkombinasikan Asersi Saldo Akun untuk Saldo Kas
3. Mengkombinasikan Penilaian
Risiko Pengendalian Yang Berbeda
Dengan
merujuk contoh sebelumnya, misalkan auditor memperoleh penilaian risiko
pengendalian berikut untuk saldo kas dari kertas kerja berdasarkan pemahamannya
mengenai bagian pengendalian intern yang relevan berdasarkan pengujian
pengendalian:
Asersi
|
Penilaian Risiko Pengendalian
|
Keberadaan
atau keterjadian dan penerimaan kas
|
Rendah
|
Kelengkapan
dari penerimaan kas
|
Sedang
|
Apabila
penilaian risiko pengendalian untuk asersi kelas transaksi yang relevan
berbeda, auditor dapat menimbang signifikansi dari setiap penilaian guna
mencapai suatu penilaian kombinasi. Kemungkinan lain, beberapa kantor akuntan publik memilih untuk menggunakan
penilaian relevan yang paling konservatif (paling tinggi). Demikian pula halnya
jika penilaian risiko pengendalian auditor atas asersi penilaian atau alokasi
untuk transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas masing-masing berada pada
tingkat sedang atau tinggi, maka risiko pengendalian atas asersi penilaian atau
alokasi untuk saldo kas akan tinggi.
Ketika
risiko pengendalian untuk asersi saldo akun telah ditentukan, seharusnya risiko
pengendalian tersebut dibandingkan dengan penilaian tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan. Ketika tingkat yang direncanakan didukung,
auditor dapat melanjutkan untuk merancang pengujian substantif berdasarkan
strategi audit pendahuluan. Jika tingkat risiko pengendalian yang direncanakan
untuk dinilai tidak didukung tingkat pengujian substantif yang direncanakan dan
pengujian audit yang berhubungan seharusnya direvisi untuk memperoleh tingkat
risiko audit yng diinginkan.
4. Mendokumentasikan Penilaian
Tingkat Risiko Pengendalian
Kertas
kerja auditor seharusnya memasukkan pendokumentasian penilaian risiko
pengendalian (documentation of the controls risk assesment). Persyaratan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Risiko pengendalian dinilai pada
tingkat maksimum : Hanya kesimpulan ini yang diperlukan untuk didokumentasikan.
b. Risiko pengendalian dinilai pada
tingkat dibawah maksimum : dasar untuk penilaian harus didokumentasikan.
AU 319 tidak
mengilustrasikan atau menawarkan petunjuk dalam bentuk pendokumentasian. Dalam
praktik, suatu pendekatan umum adalah dengan menggunakan memorandum naratif
yang diorganisasikan oleh asersi laporan keuangan. Pendekatan ini
diilustrasikan dalam gambar 10-10, yang mendokumentasikan penilaian risiko pengendalian
untuk asersi transaksi penjualan yang terpilih.perhatikan bahwa dasar untuk
penilaian di bawah maksimum untuk asersi kelengkapan telah diberikan, di mana
hanya kesimpulan yang dinyatakan ketika penilaian berada pada tingkat maksimum,
seperti ditunjukkan untuk asersi hak dan kewajiban.
5. Mengkomunikasikan Masalah
Pengendalian Intern
Auditor
diminta untuk mengidentifikasi dan melapor kepada komite audit, atau personel
entitas lain dengan otoritas dan tanggung jawab yang sama, kondisi tertentu
yang berhubungan dengan pengendalian intern suatu entitas yang diamati selama
audit laporan keuangan. AU
325, Communication of Internal Control Related Matters Noted in a Audit (SAS 60
dan SAS 78) mendefinisikan suatu kondisi yang dapat dilaporkan (Reportable
condition) sebagai berikut :
…
masalah-masalah yang menarik perhatian auditor yang, dalam pertimbangannya,
seharusnya dikomunikasikan dengan komite audit karena menyajikan kekurangan
yang signifikan dalam rancangan dan pengoperasian pengendalian intern yang
dapat secara berlawanan mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencatat,
memproses, meringkas, dan melaporkan data keuangan secara konsisten dengan
asersi manajemen dalam laporan keuangan.
Suatu
kondisi yang dapat dilaporkan dapat begitu besar sehingga membentuk kelemahan
material dalam pengendalian intern. AU 325.15 mendefinisikan suatu kelemahan
material (material weakness) sebagai :
...suatu
kondisi yang dapat dilaporkan di mana rancangan dan pengoperasian dari satu
atau lebih komponen pengendalian intern tidak dapat mengurangi tingkat risiko
salah saji sampai ke tingkat yang rendah karena kekeliruan atau kecurangan di
mana jumlah yang material dalam hubungannya dengan laporan keuangan yang sedang
diaudit dapat muncul dan tidak dapat dideteksi selama satu periode secara
tepat waktu oleh karyawan dalam cara yang normal untuk melaksanakan fungsi yang
ditugaskan kepadanya.
Seorang
auditor dapat tidak diharuskan untuk secara terpisah mengidentifikasikan
kondisi yang dapat dilaporkan yang memiliki kelemahan material dalam
komunikasinya kepada komite audit.
Pengkomunikasian
masalah-masalah yang berhubungan dengan pengendalian intern adalah suatu produk
penting yang menggunakan pengetahuan yang diperoleh auditor selama audit
laporan keuangan. Auditor akan secara normal mengevaluasi apakah klien memiliki
pengendalian yang cukup untuk mengatasi masalah yang diciptakan oleh risiko
usaha suatu entitas. Sebagai contoh, dalam usaha untuk mengelola sistem
persediaan just-in-time, klien mungkin merancang suatu sistem yang menggunakan
pertukaran data elektronik untuk mengkomunikasikan kuantitas persedian kepada
penjual dan memesan barang ketika persediaan berada di bawah tingkat yang telah
ditentukan. Pengendalian intern klien seharusnya menyediakan keyakinan yang
memadai bahwa salah saji dapat dicegah, dideteksi, dan diperbaiki pada waktu
yang tepat. Manajemen dan komite audit tertarik pada hasil evaluasi auditor
tentang kualitas sistem pengendalian intern mereka.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menilai
risiko pengendalian (assessing control risk) merupakan suatu proses
mengevaluasi efektivitas pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau
mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan. Dalam membuat
penilaian risiko pengendalian untuk suatu asersi adalah penting bagi auditor
untuk: (1) Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk
memperoleh suatu pemahaman mengenai apakah pengendalian yang berhubungan dengan
asersi telah dirancang dan diterapkan dalam operasi oleh manajemen entitas; (2)
Mengidentifikasikan salah saji potensial yang dapat muncul dalam asersi
entitas; (3) Mengidentifikasikan pengendalian yang diperlukan yang mungkin akan
mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji; (4) Melaksanakan pengujian
pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk menentukan efektivitas
rancangan dan pengoperasian dari pengendalian tersebut; (5) Mengevaluasi bukti
dan membuat penilaian.
Dalam
menilai risiko pengendalian dalam suatu lingkungan TI terdapat tiga hal yang
penting yaitu: (1) strategi untuk melaksanakan pengujian pengendalian; (2)
Teknik audit berbantuan komputer; (3) Menilai pengendalian teknologi informasi.
Dampak
dari strategi audit pendahuluan dapat diketahui dari pendekatan substantif dan
juga tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah.
Tipe bukti, sumber, ketepatan waktu, dan keberadaan
bukti lain yang berhubungan dengan kesimpulan yang dituju, semuanya
mempengaruhi tingkat keyakinan yang dapat diberikan oleh bukti audit.
Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian intern,
auditor dapat melakuan dua macam pengendalian yaitu: pengujian adanya kepatuha
terhadap struktur pengendalian intern; dan pengujian tingkat kepatuhan terhadap
struktur pengendalian intern.
Pertimbangan
tambahan dalam menilai risiko pengendalaian adalah: (1) Menilai risiko pengendalian untuk asersi
saldo akun yang dipengaruhi oleh suatu kelas transaksi tunggal; (2) Menilai risiko pengendalian untuk asersi
saldo akun yang dipengaruhi oleh suatu kelas transaksi ganda; (3) Mengkombinasikan Penilaian Risiko
Pengendalian Yang Berbeda;
(4) Mendokumentasikan
Penilaian Tingkat Risiko Pengendalian; (5) Mengkomunikasikan
Masalah Pengendalian Intern.
DAFTAR
PUSTAKA
Boynton, William C.,
Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern Auditing. Jakarta:
Erlangga.
Farahaul. 2012. Audit Menilai
Risiko Pengendalian: Uji Pengendalian. (Online) (http://farah-aul.blogspot.com/2012/10/audit-menilai-risiko-pengendalian-uji.html. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2014)
IAPI. 2011. Standar
Profesi Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Kurniawati, Efi. 2012. Menilai
Risiko Pengendalian. (Online) (http://yuukichan-lovelypink.blogspot.com/2012/10/menilai-risiko-pengendalian.html. Diakses Pada tanggal 30
Oktober 2014)
Mulyadi.,
Puradiredja, Kanaka. 1998. Auditing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
EmoticonEmoticon