A.
AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility accounting)
merupakan istilah yang digunakan dalam menjelaskan akuntansi perencanaan serta
pengukuran dan evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis pertanggungjawaban.
Garis pertanggungjawaban ini meliputi pendapatan serta biaya-biaya yang
diakumulasikan dan dilaporkan oleh pusat pertanggungjawaban. Pusat
perttranggungjawaban merupakan bagian dalam organisasi yang diakumulasikan
secara menyeluruh untuk kepentingan pencatatan.
Akuntansi
pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap penegtahuan umum
bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif mungkn dengan
mengendalikan orang-orang yang bertanggung jawab menjalankan operasi tersebut.
Salah satu tujuan akuntansi
pertanggungjawaban adalah memastikan bahwa individu-individu pada seluruh
tingkatan perusahaan telah memberikan
kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara
menyeluruh.
Akuntansi
pertanggungjawaban adalah komponen yang penting dari sistem pengendalian
keseluruhan di suatu perusahaan. Manfaat khususnya berasal dari fakta bahwa
struktur akuntansi pertanggungjawaban memberikan suatu kerangka kerja yang
berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja
operasi di sepanjang jalur pertanggungjawaban dan pengendalian.
Akuntansi pertanggungjawaban
ditujukan untuk manusia, peran mereka, dan tugas-tugas yang
dibebankan pada mereka dan bukan sebagai mekanisme impersonal untuk akumulasi dan
pelaporan data secara keseluruhan.
B.
AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN VERSUS AKUNTANSI KONVENSIONAL
Akuntansi pertanggungjawaban tidaklah
melibatkan deviasi apa pun dari prinsip akuntansi yang diterima secara umum.
Akuntansi pertanggungjawaban berbeda dengan akuntansi
konvensional dalam hal cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi
diklasifikasikan serta diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data
diklasifikasikan berdasarkan hakikat atau fungsinya dan tidak digambarkan
sebagai individu-individu yang
bertanggung jawab atas terjadinya dan pengendalian terhadap data tersebut.
Oleh karena itu, data akuntansi konvensional mempunyai nilai terbatas bagi
manajer dalam memantau efisiensi dari aktivitas harian mereka.
Akuntansi pertanggungjawaban
meningkatkan relevansi dari informasi akuntansi dengan eara menetapkan suatu
kerangka kerja untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan yang
sesuai dengan struktur organisasional dan h.erarki
pertanggungjawaban dari suatu perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban memberikan
suatu sentuhan pribadi terhadap mekanisme akumulasi data yang impersonal
dalam akuntansi konvensional dengan cara membahas manajer segmen secara
langsung dan dengan menyediakan tujuan serta hasil kinerja aktual atas faktor-faktor
operasional atas mana manajer tersebut bertanggung jawab dan mampu melakukan
pengendalian. Berbagai data operasional tidak hanya diklasifikasikan, diakumulasikan,
dan dilaporkan berdasarkan jenisnya (misalnya, pendapatan penjualan,
bahan baku dan perlengkapan yang dipakai, sewa, asuransi, dan lain-lainnya),
tetapi juga berdasarkan individu-individu yang telah diberikan tanggung jawab atasnya.
C.
JARINGAN
PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi pertanggungjawaban
didasarkan pada pemikiran bahwa seluruh biaya dapat dikendalikan dan masalahnya
hanya terletak pada penetapan titik pengendaliannya. Untuk tujuan
ini, struktur organisasi perusahaan dibagi-bagi ke dalam suatu jaringan
pusat-pusat pertanggungjawaban secara individual atau, sebagaimana didefinisikan
oleh National Association of Accountants, ke dalam unit-unit
organisasional yang terlibat dalam pelaksanaan suatu fungsi tunggal
atau sekelompok fungsi yang saling berkaitan satu sama lain, yang
memiliki seorang kepala yang bertanggung jawab untuk aktivitas dari unit
tersebut. Dengan kata lain, setiap unit dari jaringan organisasional
ini, atau secara lebih spesifik, individu yang bertanggung jawab untuk unit tersebut,
bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu fungsi (output) dan untuk
menggunakan sumber daya (input) seefisien mungkin dalam melaksanakan fungsi ini.
Kebanyakan organisasi mempunyai
hierarki pus at pertanggungjawaban semacam itu. Di tingkat puncak adalah presiden
atau CEO, yang bertanggung jawab terhadap pemilik untuk profitabilitas
keseluruhan dari perusahaan. Mereka yang bertanggung jawab terhadap presiden
perusahaan meliputi kepala dari berbagai departemen operasi dan staf. Di
bawahnya adalah pusat pertanggungjawaban lainnya, yang
masing-masing dikepalai oleh satu orang yang bertanggung jawab kepada pejabat
yang lebih tinggi atas efisiensi dalam kinerja.
D. JENIS-JENIS PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Pusat-pusat
pertanggungjawaban (responsibility center) individu
berfungsi sebagai kerangka kerja untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja
dari manajer segmen. Kinerja manajer dalam kerangka kerja akuntansi
pertanggungjawaban disamakan dengan kemampuan mereka untuk
mengelola faktor-faktor operasional tertentu yang dapat
dikendalikan. Sistem tersebut tidak mampu mengukur dan mengevaluasi kinerja secara total,
yang selain itu akan memasukkan faktor-faktor seperti pengendalian mutu, tingkat
moral bawahan, dan kualitas kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut harus diukur
dan dievalusi dengan cara lain. Pusat
pertanggungjawaban dikelompokkan ke dalam empat kategori:
1.
Pusat
Pendapatan
Jika tanggung jawab utama dari seorang
manajer adalah penghasilan pendapatan, maka segmennya sebaiknya diperlakukan
sebagai pusat pendapatan. Contoh-contoh dari pusat pendapatan meliputi
departemen pemasaran, pusat distribusi, bagian barang jualan di toko serba ada,
atau tenaga penjualan individual.
Manajer di pusat pendapatan tidak
mempunyai diskresi maupun pengendalian terhadap investasi pada aktiva atau
biaya dari barang atau jasa yang akan dijual. Mereka hanya memiliki kendali
terhadap biaya pemasaran langsung dan kinerja mereka akan
diukur dalam hal kemampuan mereka untuk mencapai target penjualan yang telah
ditentukan sebelumnya dalam batasan beban tertentu. Untuk memperoleh manfaat
motivasional dan pengendalian yang efektif, manajer pusat pendapatan sebaiknya
berpartisipasi dalam proses penetapan tujuan dan menerima umpan balik yang tepat
waktu atas hasil kinerja mereka.
2.
Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan bidang
tanggung jawab yang menghasilkan
suatu produk atau memberikan suatu jasa. Manajer yang bertanggung jawab
atas pusat biaya memiliki diskresi dan kendali hanya atas
penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Mereka tidak memiliki
kendali atas pendapatan, karena fungsi pemasaran bukanlah tanggung jawabnya.
Keputusan investasi, seperti membeli tambahan mesin atau meningkatkan persediaan
bahan baku dan perlengkapan dibuat di tingkat organisasional yang lebih tinggi.
Selama proses perencanaan, para manajer
pusat biaya diberikan kuota produksi dan dapat berpartisipasi dalam
menetapkan tujuan biaya yang realistis dan adil untuk tingkat output yang
diantisipasi. Hasil kinerja dilaporkan secara periodik kepada manajer
dalam bentuk laporan yang membandingkan biaya aktual yang terjadi dengan
biaya yang dianggarkan. Laporan-laporan ini mengarahkan perhatian kepada
bidang-bidang masalah yang sebaiknya diinvestigasi. Secara umum pusat biaya
dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Pusat Biaya Teknik/Pusat Biaya Standar
Pusat biaya
teknik merupakan pusat biaya yang sebagian besar biayanya memiliki hubungan
fisik yang erat dengan output yang dihasilkan. Manajer pusat biaya teknik ini
akan diukur efisiensi dan efektifitasnya.
b.
Pusat Biaya Kebijakan
Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar
biayanya tidak mempunyai hubungan erat dengan output yang dihasilkan. Output
pusat biaya kebijakan tidak dapat dukur dengan satuan nilai moneter.
3.
Pusat Laba
Pusat laba
adalah segmen di mana manajer memiliki kendali baik atas pendapatan maupun atas
biaya; manajer dievaluasi berdasarkan efisiensi mereka dalam menghasilkan pendapatan dan
mengendalikan biaya. Diskresi yang mereka miliki
terhadap biaya meliputi beban produksi dari produk atau jasa. Tanggung jawab mereka adalah lebih luas dibandingkan
dengan tanggung jawab dari pusat pendapatan atau pusat biaya karena mereka
bertanggung jawab baik atas fungsi distribusi
maupun manufaktur. Contoh-contoh umum dari pusat laba adalah divisi korporat yang memproduksi dan menjual produknya.
Karena tambahan
wibawa yang terkait dengan posisi manajer pusat laba, banyak perusahaan
menciptakan pusat laba artifisial untuk segmen manufaktur atau jasa. Hal ini
meningkatkan harga diri dari manajer segmen tersebut dan meningkatkan motivasi
mereka.
Kinerja manajer
pusat laba dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan seperti tingkat
peengembalian minimum yang diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual.
Untuk meminimalkan tindakan disfungsional yang disebabkan
oleh orientasi pada jangka pendek yang kaku, manajer pusat laba sebaiknya juga
diharapkan memelihara dan/atau memperbaiki moral dari bawahan mereka,
memelihara bangunan dan fasilitas produksi, dan memberikan kontribusi terhadap
kepemimpinan produk dan keanggotaan korporat. Untuk meningkatkan keprihatinan
manajer terhadap aspek-aspek ini, maka sistem penghargaan dari evaluasi
kinerja sebaiknya juga memasukkan ukuran-ukuran untuk mengevaluasi kinerja mereka
dalam hal aspek jangka panjang dan tingkat keberhasilan dalam hal ini sebaiknya
memengaruhi alokasi penghargaan.
4.
Pusat Investasi
Manajer pusat
investasi bertanggung jawab terhadap investasi dalam aktiva serta
pengendalian
atas pendapatan dan biaya. Mereka bertanggung jawab untuk mencapai
margin
kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aktiva.
Mereka
diharapkan untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dan investasi
dalam sumber daya yang digunakan. Kriteria yang digunakan dalam mengukur
kinerja mereka dan menentukan penghargaan mereka meliputi tingkat pengembalian
atas aktiva (return on assets – ROA),
rasio perputaran, dan laba residual. Karena mereka
bertanggung jawab terhadap setiap aspek dari operasi, manajer pusat investasi ini
dievaluasi dengan cara yang sama dengan eksekutif puncak.
E. KORELASI DENGAN STRUKTUR ORGANISASI
1.
Struktur Vertikal
Dalam struktur vertikal, organisasi
dibagi berdasarkan fungsi-fungsi utama. Tanggung jawab secara
keseluruhan untuk fungsi produksi, penjualan, dan keuangan diberikan kepada wakil
direktur, yang mendelegasikan tanggung jawab mereka ke struktur di bawahnya sesuai
dengan hierarki. Tetapi, tanggung jawab akhir untuk setiap fungsi tetap berada di
tangan mereka.
Dari sudut pandang pusat
pertanggungjawaban, seluruh segmen produksi adalah pusat
biaya karena pendapatan hanya dihasilkan melalui fungsi penjualan. Segmen
penjualan merupakan pusat pendapatan karena berbagai manajer hanya bertanggung
jawab untuk menjual produk atau jasa dan tidak memiliki kendali maupun
diskresi terhadap biaya produksinya. Hanya presiden direktur yang memiliki
kendali dan diskresi atas seluruh aktivitas dan menjadi penentu akhir dalam
menerima atau menolak usulan investasi.
2.
Struktur
Horizontal
Jika maksudnya adalah untuk membebankan
tanggung jawab atas laba dan investasi kepada beberapa direktur, maka struktur
horizontal untuk pendelegasian tanggung jawab adalah yang paling sesuai.
Struktur tersebut dapat dibagi berdasarkan produk atau area
geografis. Masing-masing wakil direktur mengendalikan suatu pusat laba atau investasi
daripada pusat pendapatan atau pusat biaya fungsional. Mereka bertanggung
jawab atas produksi, penjualan, dan pendanaan, atau, dengan kata lain, atas seluruh
bidang fungsional dalam area atau kelompok produknya.
3.
Pemilihan
Struktur
Tidak satu pun struktur tersebut di
atas yang lebih superior. Efisiensi penggunaannya bergantung
pada berbagai faktor lingkungan. Pada perusahaan kecil, presiden direktur
mungkin memilih untuk tetap mengendalikan seluruh aktivitas dan hanya
mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab secara parsial berdasarkan fungsi.
Perusahaan yang menghasilkan dan menjual beberapa produk yang sangat terdiferensiasi
mungkin menggunakan struktur horizontal. Perusahaan yang menghasilkan
beraneka ragam produk di setiap pabriknya juga dapat menggunakan struktur
horizontal.
Jenis struktur yang
dipilihakanmemengaruhijaringan pusat pertanggungjawaban, yang pada
gilirannya berfungsi sebagai suatu kerangka bagi arus data dan kebutuhan pelaporan.
Jika jaringan pusat pertanggungjawaban sama dengan struktur yang dipilih, maka
sistem akan berfungsi secara efektif dan mendorong para manajer untuk
menggunakannya sebagai sumber referensi dalam menjalankan aktivitas yang telah
ditetapkan.
F.
MENETAPKAN PERTANGGUNGJAWABAN
Setelah memilih jenis dari struktur
organisasi, maka tugas penting berikutnya adalah
menggambarkan pertanggungjawaban.
Kebanyakan orang menerima tanggung
jawab dan tantangan yang terkandung di dalamnya. Bertanggung jawab
terhadap sesuatu membuat seseorang merasa kompeten dan penting. Hal tersebut
mengimplikasikan wewenang pengambilan keputusan dan dapat memotivasi mereka
untuk memperbaiki kinerjanya. Tanggung jawab adalah pemenuhan dari suatu
pekerjaan. Tanpa hal tersebut, moral akan menderita.
Pengaruh perilaku yang menguntungkan
dari pembebanan tanggung jawab atas fungsi-fungsi tertentu kepada
individu didukung dengan riset-riset empiris. Sayangnya,
saling ketergantungan dari berbagai segmen suatu organisasi sering kali
menimbulkan kesulitan dalam membuat gambaran tanggung jawab yang jelas.
Seseorang yang diberikan tanggung jawab atas suatu aktivitas atau fungsi yang mungkin,
pada kenyataannya, membagi tanggung jawab tersebut dengan atasannya.
Manajer-manajer segmen dengan tanggung jawab atas tugas tertentu mungkin
tidaklah independen satu sama lain dan tanggung jawab mereka bisa saja tumpang-tindih.
Individu mungkin hanya mempunyai diskresi dan kendali yang terbatas
terhadap sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas untuk mana mereka
bertanggung jawab. Para staf yang bukan menjadi mata rantai dalam rantai
komando dan tidak secara spesifik diberikan tanggung jawab tentu saja tidak sesuai dengan
struktur pertanggungjawaban
G. PERENCANAAN, AKUMULASI DATA, DAN
PELAPORAN BERDASARKAN PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Ketika struktur jaringan pertanggungjawaban
yang baik dibangun, maka hal ini menjadi suatu wahana untuk perencanaan,
akumulasi data, dan pelaporan. Setiap elemen biaya atau
pendapatan, baik yang berada dalam anggaran maupun dalam akumulasi hasil aktual,
seharusnya ditelusuri ke segmen jaringan pertanggungjawabannya di mana tanggung jawab
atas hal tersebut ada.
1.
Anggaran
Pertanggungjawaban
Untuk maju secara kronologis, disusunlah
anggaran yang membebankan target biaya dan pendapatan kepada setiap segmen
jaringan. Hal ini merupakan basis untuk mengevaluasi kinerja orang yang
bertanggung jawab atas setiap unit organisasi.
Karakteristik dari anggaran
pertahggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban
dibebani target kinerja hanya untuk pos-pos pendapatan dan biaya yang
dapat mereka kendalikan.
Ada banyak biaya
langsung, seperti penyusutan peralatan, yang tidak dapat dikendalikan pada tingkat
pusat biaya dan yang tidak dapat dimintai pertanggungjawabannya kepada kepala
dari pusat biaya tersebut. Dengan hanya membebankan biaya-biaya
yang dapat dikendalikan kepada masing-masing kepala dari pusat biaya,
manajemen akan mempunyai suatu, dasar yang wajar untuk membandingkan kinerja
aktual dengan kinerja yang diharapkan guna menilai efektivitas dari penyelia
pusat biaya di seluruh tingkatan organisasi, dan untuk mengidentifikasikan
penyebab dari inefisiensi.
Proses penyusunan anggaran akan paling
efektif jika dimulai dari tingkat organisasi atau tingkat jaringan paling
bawah untuk mana anggaran disusun dan kemudian diteruskan ke tingkat yang
lebih tinggi melalui suatu rantai komando yang berbentuk
seperti piramida. Setiap orang yang bertanggung jawab atas suatu pusat biaya
dianggap bertanggung jawab untuk menyiapkan estimasi-estimasi anggaran untuk pos-pos
beban yang dapat dikendalikan olehnya. Pada tingkat wewenang selanjutnya,
estimasi-estimasi tersebut ditinjau, dikoordinasikan, dan dimodifikasi ketika
diperlukan, sampai estimasi-estimasi tersebut akhirnya digabungkan ke dalam anggaran
operasi secara keseluruhan pada tingkatan manajemen puncak.
2. Akumulasi Data
Untuk memfasilitasi perbandingan
periodic dengan berbagai perencanaan anggaran, akumulasi pos-pos laba dan beban
actual haruslah mengikuti pola jaringan pertanggungjawaban. Hal imi membutuhkan
klasifikasi tiga dimensi terhadap biaya dan pendapatan selama proses akumulasi
data.
3. Pelaporan Pertanggungjawaban
Produk akhir dari hasil sistem
akuntansi pertanggungjawaban adalah laporan pertanggungjawaban atau laporan
kinerja secara periodik. Laporan-laporan ini merupakan media lewat dimana
biaya-biaya dikendalikan,efisiensi manajerial diukur, pencapaian tujuan
dinilai.
Kontribusi utama dari akuntansi
pertanggungjawaban adalah bahwa akuntansi pertanggungjawaban
memungkinkan manajemen untuk mengendalikan biaya dan efisiensi
melalui pembebanan tanggung jawab untuk biaya tersebut kepada orangorang yang
melaksanakan berbagai tugas. Dengan melibatkan elemen manusia ke dalam kerangka
akuntansi, akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu hal penting dalam evolusi
akuntansi keperilakuan.
H. ASUMSI
KEPERILAKUAN DARI AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN
Perencanaan pertanggungjawaban,
akumulasi data, dan sistem pelaporan didasarkan pada beberapa
asumsi yang berkenaan dengan operasi dan perilaku manusia, meliputi:
a. Manajemen
berdasarkan perkecualian (MBE) adalah mencukupi untuk mengendalikan
operasi secara efektif.
b. Manajemen
berdasarkan tujuan (MBO) akan menghasilkan anggaran, biaya standar, tujuan
organisasi, dan rencana praktis untuk mencapainya yang disetujui
bersama.
c. Struktur
pertanggungjawaban dan akuntabilitas mendekati struktur hierarki organisasi.
d. Para manajer
dan bawahannya rela menerima pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang
dibebankan kepada mereka melalui hierarki organisasi.
e. Sistem
akuntansi pertanggungjawaban mendorong kerja sama dan bukan persaingan.
1.
Manajemen
Berdasarkan Perkecualian
Manajemen berdasarkan perkecualian
mengasumsikan bahwa untuk mengelola dan mengendalikan aktivitas organisasi
dengan paling efektif, manajer sebaiknya mengonsentrasikan perhatian mereka
pada bidang-bidang di mana hasil aktual menyimpang secara substansial dari
tujuan yang dianggarkan atau standar. Para pendukung
pendekatan ini mengklaim bahwa pendekatan ini menghasilkan penggunaan
waktu manajemen yang langka secara paling efisien, berkonsentrasi pada perbaikan
inefisiensi, dan mendorong tindakan yang diinginkan. Karakteristik pelaporan
periodik dari akuntansi pertanggungjawaban secara ideal adalah sesuai untuk menarik
perhatian manajemen pada bidang-bidang yang menyimpang dari norma-norma
awal yang telah ditentukan sebelumnya dan mendorong tindakantindakan perbaikan
yang segera guna mendorong atau mengoreksi perilaku.
2.
Manajemen
Berdasarkan Tujuan
Akuntansi pertanggungjawaban
memfasilitasi manajemen berdasarkan tujuan atau manajemen
berdasarkan pengendalian diri. Hal ini merupakan suatu pendekatan manajemen yang
didesain untuk mengatasi berbagai respons manusia yang disfungsional
yang dipicu oleh usaha untuk mengendalikan operasi menggunakan dominansi.
Orang-orang membenci batasan-batasan biaya. Mereka kurang suka didominasi dan
diberitahu apa yang harus mereka lakukan, serta kapan dan bagaimana
meiakukannya. Mereka ingin melakukan tugas dengan cara mereka sendiri karena
mereka yakin bahwa mereka mampu mengarahkan diri dan pekerjaan mereka sendiri.
Sejarah menunjukkan bahwa banyak dari pencapaian yang paling signifikan
telah dicapai ketika individu-individu bertindak tanpa dibatasi, dimotivasi, dan dibimbing
hanya oleh kemuliaan tujuan dan cita-cita mereka.
I. KESESUAIAN ANTARA JARINGAN PERTANGGUNGJAWABAN
DAN STRUKTUR ORGANISASI
Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan bahwa
pengendalian organisasional ditingkatkan dengan penciptaan jaringan pusat
pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal.
Penerimaan Tanggung Jawab
Elemen yang paling penting dalam
keberhasilan suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah penerimaan
para manajer pusat pertanggungjawaban atas tanggung jawab yang diberikan
sebagai suatu yang seimbang dan kereleaan mereka untuk dimintai
pertanggungjawaban.
Kerelaan untuk menerima tanggung jawab
bergantung pada bagaimana mereka memandang diskresi dan pengendalian
mereka atas sumber daya manusia dan fisik yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Mereka akan bereaksi
ke arah yang semakin menguntungkan jika budaya organisasi memberikan
kepada mereka kebebasan untuk melakukan kewajiban mereka dengan cara mereka
sendiri sepanjang mereka memperoleh hasil yang dikehendaki. Untuk mendorong
penerimaan terhadap tanggung jawab, budaya organisasi seharusnya juga
mengizinkan mereka untuk kadang kala gagal tanpa rasa takut akan menerima hukuman yang
segera. Para manajer seharusnya selalu merasa bebas untuk mengungkapkan
pandangan mereka tanpa takut ditertawakan.
J. KAPABILITAS UNTUK MENDORONG KERJASAMA
Akuntansi pertanggungjawaban
meningkatkan kerja sama organisasional dengan menunjukkan
kepada manajer bagaimana aktivitas mereka sesuai dengan gambaran keseluruhan
dan bahwa setiap orang bekerja untuk tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban
juga meningkatkan kesetiaan pada perusahaan, harga diri, dan rasa penting
dengan mengizinkan orang untuk memformulasi tujuannya sendiri dan membuat
keputusannya sendiri dalam kerangka kerja delegasi pertanggungjawaban. Mereka akan
memandang segmen mereka dan diri mereka sendiri sebagai bagian yang penting
dari perusahaan secara keseluruhan dan akan lebih rela untuk berjuang mencapai
tujuan. Mereka akan menerima pelaporan kinerja sebagai suatu alat yang bermanfaat
untuk melakukan koreksi atas tindakan. Semangat kerja sama mereka akan meningkat
karena mereka yakin bahwa mereka bekerja untuk mencapai tujuan bersama.
Mereka akan merasa bahwa mereka merupakan bagian yang vital dari organisasi dan
bahwa kegagalan mereka dapat secara serius memengaruhi masa depan
organisasi. Mereka akan menghubungkan kegagalan mereka dengan ancaman terhadap
terpenuhinya tujuan maupun aspirasi pribadi mereka.
K. KESIMPULAN
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan
salah satu kajian dalam akuntansi yang lebih memfokuskan diri pada aspek-aspek
tanggung jawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas suatu
pekerjaan, bagian, atau segmen tertentu. Tidak hanya hal itu saja,
akuntansi pertanggungjawaban juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari anggota
organisasi. Hal ini disebabkan karena akuntansi pertanggungjawaban dapat dipandang
sebagai alat pengendalian bagi organisasi. Masing-masing individu, kelompok,
maupun divisi dapat dijelaskan kinerjanya dari laporan-laporan yang diungkapkan
dalam akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, aspek-aspek
keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implementasi akuntansi pertanggungjawaban.
Permasalahan
yang terkait keperilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak
serius, baik bagi individu maupun organisasi. Perilaku menyimpang dari yang apa diharapkan, rendahnya motivasi, dan tidak layaknya para
manajer pusat pertanggungjawaban
adalah contoh-contoh dari dampak yang dihasilkan akibat gagalnya pusat pertanggungjawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek
keperilakuan secara tepat. Dengan demikian, aspek keperilakuan menjadi
aspek penting lain di samping aspek perancangan
jaringan pusat pertanggungjawaban.
EmoticonEmoticon